Karena terlalu sering mendengarkan kata-kata kasar dan bernada bentakan, anak jadi cenderung malas mendengarkan apa yang disampaikan orangtua.
Dengan kata lain, anak tumbuh menjadi pribadi yang punya kebiasaan setiap omongan masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
Alhasil, anak kesulitan menjadi pendengar yang baik.
Baca juga: Terlihat Sepele, Kebanyakan Main Game Bisa Bikin Anak Pingsan
6. Jadi pribadi emosional
Anak-anak mencontoh perilaku orang di sekelilingnya.
Jika para orangtua kerap menunjukkan sikap marah, otomatis sang anak akan merekam kebiasaan itu.
"Jika menginginkan seorang anak yang tidak pemarah, maka pantaskan diri dahulu untuk menjadi orangtua yang tidak pemarah pula," terang Nurul.
7. Kepercayaan pada orang tua turun
Ada kemungkinan tingkat kepercayaan anak kepada orangtua menurun karena tidak nyaman.
Jika hal ini terjadi, petuah atau nasihat orangtua hanya dianggap sebagai angin lalu.
8. Mencari pelampiasan
Efek marah yang berlebihan dari orangtua membuat anak termotivasi untuk melarikan diri.
Hal ini menjadi berisiko ketika anak-anak mencari pelampiasan di luar.
Bisa jadi mereka terjerumus pada aktivitas negatif seperti pergaluan bebas, narkoba, hingga kenakalan remaja.
Nurul menegaskan, kemarahan tidak berkontribusi positif pada perkembangan anak.
Kemarahan justru merenggangkan ikatan batin antara orangtua dengan anak.
Pasalnya, anak jadi merasa tidak nyaman dan takut karena orangtuanya sering marah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.