KOMPAS.com - Beberapa orang memiliki hobi menikmati seni di waktu senggang.
Biasanya dengan menikmati konser musik, menonton film, jalan-jalan ke galeri seni, sampai menyimak pentas teater.
Punya klangenan tak jauh-jauh seni rupanya dapat menurunkan risiko kematian alias bikin panjang umur.
Baca juga: Mozart sampai Adele, 10 Lagu Ini Terbukti Ampuh Redakan Gangguan Cemas
Melansir CNN, peneliti dari University College London (UCL) meriset dampak positif seni bagi kesehatan.
Orang yang berhubungan dengan seni setahun beberapa kali, risiko meninggal dini turun sampai 31 persen, dibandingkan yang tidak sama sekali.
Dampak tersebut bahkan dirasakan orang yang hanya mengunjungi teater atau museum setahun sekali.
Risiko kematian dini golongan tersebut bisa turun 14 persen ketimbang orang yang tak pernah menyambangi kantong kesenian sama sekali.
Temuan ini diperoleh setelah mengamati 6.000 orang berusia lebih dari 50 tahun (lansia) di Inggris.
Baca juga: Sering Stres dan Gampang Emosi, Waspadai Sindrom Patah Hati
Studi tersebut dikerjakan mulai 2004. Lantas, riset dianalisis setelah penelitian berjalan 12 tahun.
Salah satu periset Profesor Daisy Fancourt dari UCL menyampaikan, panjang umur sering dikaitkan dengan perilaku kesehatan seperti olahraga, rokok, dan alkohol.
"Tidak banyak orang yang berpikir aktivitas di waktu luang dapat menunjang kesehatan dan umur panjang," jelasnya di jurnal kesehatan BMJ.
Ia menjelaskan, studinya berupaya melihat kelindan faktor ekonomi, kesehatan, dan sosial dengan aktivitas seni.
Menurut Fancourt, seni dapat menurunkan stres dan membuat orang lebih kreatif.
"Kreativitas ini yang memungkinkan orang bertahan hidup dengan cara beradaptasi," jelasnya.
Selain itu, seni juga bermanfaat membangun relasi sosial di kalangan warga lansia.
Modal sosial tersebut penting untuk membantu menghadapi masa tua.
Seni tak hanya terbukti membuat para penikmatnya panjang umur.
Studi lain menunjukkan, berkesenian dapat membantu pengidap depresi dan kegelisahan, sampai penderita kanker.
Melansir Harvard Health Publishing, penderita demensia atau penyakit gangguan ingatan dan berpikir masih bisa menciptakan karya seni, kendati tak mampu lagi berbicara dan berbahasa.
Penelitian juga menunjukkan, membuat seni visual seperti gambar, ilustrasi, lukisan, mewarnai, dan sebagainya, dapat mengurangi stres orang yang sedang sakit.
Baca juga: Kerja dari Rumah, Lebih Baik atau Buruk buat Kesehatan?
Sejumlah terapis di Massachusett General Hospital, AS, menyediakan cat akrilik sampai iPad untuk membantu pasien kanker sampai alzheimer.
"Dengan berkesenian, orang-orang sakit merasa senang dan waktu berlalu lebih cepat," kata Megan Carleton, ahli terapi seni di Massachusett General Hospital.
Menurutnya, seni juga membantu pasien penyakit berat melewati masa-masa sulit, termasuk menghadapi kematian.
Carleton biasanya membantu pasien membuat kalung, menulis buku, membuat video, sampai membuat kotak untuk menyalurkan ekspesi kemarahan pasien.
"Seni membantu pasien menghadapi akhir kehidupan dengan cara lebih damai," jelasnya.
Seni juga dapat bermanfaat untuk para orang lansia yang berusia di atas 70 tahun.
Hal itu berdasarkan Riset dari Mayo Clinic Study of Aging (2017).
Para orang lansia yang membuat kerajinan terbukti lebih jarang terkena gangguan kognitif (penurunan daya ingat dan berpikir), bila dibandingkan orang yang hanya membaca buku.
Studi lain di Jerman pada 2014 lalu juga menunjukkan, pensiunan yang melukis atau memahat, penalaran dan emosinya lebih baik daripada cuma menikmati seni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.