Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Penyakit ini Sebabkan Meninggal Saat Tidur seperti Politikus Gerindra Nizar Zahro

Kompas.com - 20/01/2020, 18:02 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Jika aliran yang terblokir adalah pembuluh utama yang memompa darah menuju otak atau jantung, penggumpalan darah bisa membuat seseorang meninggal saat tidur.

Penggumpalan darah yang cukup parah dapat terjadi karena ada trauma seperti luka yang cukup serius, kulit yang tergores, atau darah yang mengental.

Gejala yang tampak biasanya terjadi pembengkakan, kulit pucat, timbul rasa sakit, dan napas yang memburu.

5. Keracunan karbon monoksida

Kematian mendadak saat tidur bisa disebabkan faktor eksternal, seperti keracunan gas karbon monoksida.

Karbon monoksida adalah gas tidak berwarna atau berbau yang dihasilkan bahan-bahan rumah tangga seperti kompor, panggangan, pemanas air, atau mobil yang menyala.

Jika gas tersebut terkumpul dan terjebak dalam ruangan yang tertutup, orang yang menghirup udara yang telah terkontaminasi karbon monoksida bisa meninggal.

Beberapa kasus keracunan karbon monoksida terjadi karena pemilik rumah tertidur dan lupa mematikan kompor atau mesin mobil yang sedang dipanaskan di garasi.

Baca juga: Tak Cukup Olahraga dan Makan Sehat, Ini 5 Cara Jaga Kesehatan Jantung

6. Sudden Arrhythmia Death Syndrome (SADS)

Melansir Mayo Clinic, sudden arrhythmia death syndrome (SADS) merupakan kelainan jantung yang jadi penyebab kematian mendadak pada anak muda.

Kelainan ini terjadi karena faktor keturunan. Salah satunya, membuat dinding otot jantung seseorang menebal.

Otot jantung yang menebal dapat mengganggu sistem kelistrikan jantung. Akibatnya, detak jantung tidak teratur dan dapat berujung kematian.

Kelainan jantung lainnya adalah arteri jantung tidak normal. Saat beraktivitas berat, arteri dapat menjadi padat sehingga mengganggu aliran darah ke jantung.

Orang yang mengalami gangguan jantung ini merasakan gejala detak jantungnya cepat dan kacau. Terkadang sampai pingsan.

Seperti beberapa kasus kelainan jantung genetik, SADS juga kerap tidak terdeteksi.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami nyeri di bagian dada dan keluarga punya riwayat penyakit jantung, segera konsultasikan kondisi kesehatan Anda kepada dokter.

Sumber: Kompas.com, Surya.co.id (Ira Gita Natalia Sembiring/Tri Susanto Setiawan, Sania Mashabi/Fabian Januarius Kuwado, Bobby Constantine Koloway/Parmin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau