Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tanda "Toxic Parents", Jangan Sampai Anda Jadi Salah Satunya

Kompas.com - 01/03/2020, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Hadirnya anak adalah anugerah besar yang sudah seharusnya dijaga, dilindungi, dan dirawat sepenuh hati oleh orangtua.

Tanpa disadari pola asuh orangtua justru memberi dampak buruk pada tumbuh kembang sang buah hati.

Dalam istilah modern, orangtua yang menerapkan pola asuh buruk semacam itu terkenal dengan sebutan "toxic parents".

Tak sedikit orangtua "toxic" yang justru memberi dampak buruk pada pola pikir dan perkembangan sang anak.

Baca juga: 5 Bahaya Toxic Parents bagi Kesehatan Anak

Lalu, apa saja ciri-ciri orangtua "toxic"?

Menurut Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga, ada banyak sekali tanda-tanda toxic parents.

Namun, hal itu seringkali tak disadari oleh mereka yang mengalaminya. Padahal, efek toxic parents ini bisa menjadi lingkaran setan jika tidak segera ditangani.

"Mereka yang menjadi korban toxic parent juga bisa menjadi orangtua yang "toxic" untuk anaknya kelak atau justru dia menjadi "toxic" untuk pasangannya. Hidup mereka bisa menjadi benar-benar bermasalah," tambah Anna.

Toxic parents bisa berdampak besar bagi sang anak. Bahkan, dampak tersebut bisa terbawa hingga mereka dewasa.

Anna menuruturkan, anak korban toxic parents rentan mengalami gangguan perkembangan psikologis yang berdampak buruk.

Akibatnya, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, terlalu cemas dengan orang pain, sulit mengambil keputusan bahkan mengalami depresi.

Baca juga: Benarkah Telapak Tangan Sering Berkeringat Gejala Paru-paru Basah?

"Cukup banyak anak korban toxic parents yang mengalami depresi hingga usia dewasa," tambah Anna.

Kabar baiknya, efek toxic parents bisa dihindari jika mereka yang menjadi korban segera menyadari dan melakukan penanganan. Berikut ciri-ciri toxic parents menurut Anna:

1. Sering marah atau protes bahkan untuk hal-hal sepele

Orangtua "toxic" seringkali meluapkan amarahnya secara kasar dalam bentuk verbal atau non verbal. Terkadang, kemarahan atau protes yang mereka lontarkan hanya karena dipicu hal sepele.

Sikap semacam ini, lambat laun akan mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang penakut dan diliputi kecemasan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau