Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2020, 12:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Demam pada dasarnya bukanlah suatu penyakit.

Demam tepatnya hanya reaksi yang menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh.

Saat suhu naik, tubuh dapat jadi sedang memerangi infeksi sehinga terjadi demam atau menunjukkan adanya proses inflamasi atau peradangan yang menimbulkan demam.

Dengan demikian, demam ini bisa dikatakan sebagai gejala terhadap adanya suatu penyakit.

Baca juga: Ciri-ciri Demam Berdarah Dengue pada Bayi, Beda dari Orang Dewasa

Sebagai conoh, demam yang disertai dengan gejala batuk dan pilek, bisa jadi menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Sementara, demam yang disertai diare dan muntah, bisa menunjukkan adanya infeksi saluran cerna.

Sedangkan demam yang disertai kejang dan penurunan kesadaran, dapat menujukkan adanya infeksi di susunan saraf pusat.

Tapi, pada banyak kasus, demam sering kali juga ditemukan tidak disertai dengan gejala apa pun.

Pada anak-anak, mereka hanya terlihat lebih rewel, lemas, dan nafsu makan berkurang.

Jika terjadi hal seperti itu dan beberapa hari setelanya muncul ruam-ruam kemerahan di kulit dan anak-anak terlihat semakin lemah serta terjadi perdarahan, mereka bisa bisa dicurigai mengalami demam berdarah dengue (DBD).

Jadi, demam ini merupakan suatu petunjuk yang mengarah pada suatu diagnosis penyakit apabila disertai dengan petunjuk yang lain.

Penangan di rumah

Melansir buku Orangtua Cermat Anak Sehat (2012) karya dr. Arifiant, Sp.A, demam bahkan bisa merupakan suatu penanda baik karena menunjukkan bahwa tubuh memiliki kemampuan untuk memerangi penyakit.

Baca juga: 3 Definisi Demam Berdasarkan Lokasi Pengukuran Suhu

Di mana, virus, bakteri, dan kuman lainnya tak akan mampu berkembang biak secara baik jika suhu tubuh tinggi.

dr. Arifianto pun memberikan panduan bagi para orangtua mengenai cara penanganan anak dengan demam yang bisa dilakukan di rumah.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

  1. Jaga suhuubuh ruangan tetap sejuk, buka pintu dan jendela agar udara dapat masuk
  2. Kenakan pakaian brbahan tipis, pendek, dan nyaman pada anak. Hindari penggunaan pakaian yang tebal dan panjang karena bis amembuat panas tubuh sulit keluar
  3. Ajak anak agar minum yang banyak. Hal ini bisa dilakukan dengan diberikan minum sedikit demi sedikit asal sering, dengan minuman apa pun, bisa air putih, susu atau sari buah, termasuk saluran elekolit (oralit)
  4. Beri tahu dan jaga anak agar tidak bermain atau beraktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh, seperti berlari atau melompat
  5. Jika harus memberikan obat, pastikan orangtua paham dosis berdasarkan berat badan dan cara pemberiannya

Baca juga: Apa yang Terjadi dengan Tubuh setelah Digigit Nyamuk Demam Berdarah?

Catatan untuk pemberian obat

Apabila anak demam dengan kondisi yang masih tampak nyaman, tindakan yang sebaiknya dilakukan hanya observasi.

Hal itu bisa dilakukan sampai suhu turun dengan sendirinya dan tidak perlu diberikan obat penurun panas.

Tapi, jika anak demam dengan kondisi rewel dan tapak tidak nyaman, orangtua bisa memberinya obat penurun panas.

Saat ini, obat yang aman diberikan kepada anak dan dapat dibeli tanpa resep dokter adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen dengan berbagai merek dagangnya.

Perlu menjadi catatan juga, jangan pernah memberikan aspirin kepada anak yang sedang mengalami demam.

Baca juga: Sindrom Reye: Penyebab, Gejala, Cara Menangani, dan Cara Mencegah

Hal itu bukan tidak mungkin bisa menyebabkan anak menjadi terkena sindrom reye.

Melasir Kompas.com (18/3/2020), sindrom reye adalah kerusakan otak akut secara mendadak yang terjadi pada anak-anak dengan rata-rata usia 4-14 tahun.

Sindrom ini disebabkan atau bisa terjadi setelah anak diberikan pengobatan dengan aspirin.

Dalam Buku Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien (2013) bikinan Dr. Ayustawati, PhD, dijelaskan ada sejumlah gejala yang bisa dilihat pada kasus sindrom reye.

Berikut tanda-tandanya:

  • Anak menjadi bingung
  • Kejang
  • Melihat dobel atau ganda
  • Kehilangan fungsi pendengaran
  • Kehilangan kemampuan berbicara
  • Perasaan lemas pada lengan dan kaki

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau