KOMPAS.com - Istilah herd immunity atau kekebalan bawaan seringkali terdengar di tengan situasi pandemi saat ini.
Para ahli memprediksi bahwa kekebalan kelompok tersebut bisa mengendalikan penyebaran Covid-19.
Lalu, apa itu herd immunity?
Melansir laman Healthline, herd immunity terjadi ketika banyak orang dalam satu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular sehingga penyebaran penyakit terhenti.
Herd immunity bisa terjadi dalam dua cara seperti berikut:
Baca juga: Amankah Melakukan Donor Darah Saat Pandemi Covid-19?
Ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap suatu penyakit, penyebaran penyakit tersebut akan melambat atau berhenti.
Banyak infeksi virus dan bakteri menyebar dari orang ke orang. Rantai penyebaran ini akan terhenti ketika kebanyakan orang tidak mendapatkan atau menularkan infeksi.
Hal ini membantu melindungi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin atau yang rentan mengalami infeksi seperti:
Pada beberapa jenis penyakit, herd immunity akan bekerja ketika 40 persen orang dalam suatu populasi menjadi kebal terhadap penyakit, seperti melalui vaksinasi.
Namun dalam kebanyakan kasus, penyebaran penyakit akan terhenti saat 80 hingga 95 persen orang memiliki kekebalan.
Misalnya, 19 dari setiap 20 orang harus mendapatkan vaksinasi campak agar herd immunity bisa menghentikan penyakit tersebut.
Dengan kata lain, hampir semua orang dalam populasi tersebut telah mendapatkan vaksin dan membentuk antibodi sehingga kebal terhadap campak.
Tujuan dari herd immunity adalah untuk mencegah orang lain tertular atau menyebarkan penyakit menular seperti campak.
Namun, jika ada banyak orang yang belum mendapatkan vaksin, penyakit tersebut bisa menyebar dengan mudah karena tidak ada herd immunity.
Baca juga: Pakai Sarung Tangan untuk Cegah Covid-19, Begini Baiknya...
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat untuk mengatasi Covid-19. Cara yang diklaim ampuh untuk menghentikan penyebaran penyakit ini adalah dengan melakukan physical distancing dan menjaga kebersihan diri.