Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Penyebab Nyeri Dada Selain Penyakit Jantung

Kompas.com - 07/06/2020, 18:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

2. Gangguan pernapasan

Nyeri dada bisa juga muncul akibat adanya peradangan di permukaan paru-paru.

Batuk sendiri bisa melebamkan otot di antara tulang iga sehingga timbul nyeri saat menghirup napas dalam-dalam.

3. Gangguan pencernaan

Nyeri dada bahkan bisa mengacu pada nyeri lambung, dalam bentuk gangguan pencernaan atau perasaan mual yang mendesak ke atas.

Baca juga: 6 Manfaat Makanan Pedas, Redakan Pilek hingga Cegah Penyakit Jantung

4. Serangan cemas atau panik

Melansir Buku Meredakan Nyeri Leher dan Dada (2019) oleh Zen Santosa, serangan cemas atau panik biasanya dipicu oleh perasan cemas, gugup, takut, atau stres.

Untuk mencegah serangan ini, penderita harus mendapatkan terapi perilaku dan kemungkinan perawatan dari dokter atau ahli.

Kondisi emosional yang tegang dapat meningkatkan laju pernapasan dan menegangkan otot-otot dada hingga terasa sakit.

Emosi yang tinggi juga dapat menyebabkan kejang pada kerongkongan atau pembuluh koroner jantung, rasa sakit yang dapat dirasakan di dada.

Baca juga: Bagaimana Minyak Jelantah Bisa Sebabkan Kanker dan Penyakit Jantung?

Cara memastikan penyebab nyeri dada

Ketika Anda mengeluhkan nyeri dada kepada dokter, bersiaplah untuk menjawab beberap pertanyaan yang sangat rinci. Misalnya saja, di mana tepatnya rasa nyeri itu munucul? Seperti apa rasanya? Seberapa lama nyeri terasa?

Kemampuan Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu bisa membantu dokter untuk menduga diagnosis penyebab nyeri dada bahkan sebelum pemeriksaan dimulai.

Selain mengidentifikasi ciri keluhan yang dirasakan, penyebab nyeri dada bisa juga diketahui dengan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis dari dokter.

Berikut beberapa pilihan pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan, terutama untuk memastikan ada tidaknya penyakit jantung:

1. Elektrokardiogram (EKG)

Melansir Buku Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner (2008) oleh Prof Dr. Petr Kabo, EKG masih menjadi alat yang paling cepat dan paling murah untuk mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK).

Akan tetapi hasilnya tidak bisa memberi gambaran 100 persen tepat karena masih ada beberapa kondisi yang bukan PKJ, tapi dapat mengakibatkan aliran darah arteri koroner terganggu ehingga mengaburkan hasil catatan EKG.

Di antaranya, yakni tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah, anemia, kegemukan atau penyakit katup.

Dengan begitu, kesimpulan terakhir mengenai ada tidaknya PJK harus berdasarkan semua hasil pemeriksaan termasuk gejala, tanda, hasil laboratorium, juga usia dan faktor risiko lainnya.

Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau