Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Urine Berbusa dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 08/06/2020, 12:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Pernahkah Anda mengamati air kencing Anda? Adakah busa di sana?

Jika ada, Anda sebaiknya lebih sering mecermatinya.

Apabila kencing berbusa jarang terjadi, hal itu bisa jadi normal.

Di mana, kencing berbusa tersebut kemungkinan disebabkan oleh proses keluarnya urine yang cepat atau santér, misalnya karena Anda baru menahan buang air kecil (BAK).

Baca juga: Kencing Batu: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Kencing berbusa juga bisa disebabkan karena kurangnya asupan cairan atau dehidrasi. Untuk mengatasinya, Anda hanya cukup minum air lebih banyak.

Namun, jika kencing berbusa terjadi terus-menrus, Anda patut mewaspadainya karena bisa menjadi tanda masalah lain yang lebih serius.

Kencing berbusa tanda penyakit apa?

Melansir Buku Body Sign (2007) oleh Joan Liebmann-Smith, Ph.D. dan Jacqueline Nardi Egan, kencing berbusa bisa jadi tanda yang sangat awal adanya proteinuria, yakni terbentuknya garam-garam empedu atau protein albumin dalam urine.

Proteinuria atau kadang-kadang disebut albuminuria adalah tanda adanya kerusakan ginjal dan penyakit jantung, terutama pada pasien yang mengidap diabetes atau hipertensi.

Urine berbusa juga sering menjadi tanda awal adanya sindrom nefrotik, sebuah gangguan yang serius di mana sistem penyaring ginjal bisa rusak karena infeksi virus, diabetes, dan lupus.

Kondisi itu dapat menyebabkan kelebihan protein hingga mencari jalan menuju urine.

Pada wanita, kencing berbusa juga bisa menjadi tanda adanya fistula, sebuah koneksi abnormal antara kandung kemih dan vagina atau rektum.

Baca juga: Sering Kencing: Penyebab, Diagnosis, Cara Mengatasi

Kondisi apapun, termasuk penyakin Crohn atau tumor, bisa saja menimbulkan fistula tersebut.

Melansir Health Line, dijelaskan pula bahwa kecing berbusa bisa jadi tanda adanya penyakit ginjal. Anda akan lebih mungkin terkena penyakit ginjal jika mempunyai beberapa faktor berikut:

Selain penyakit ginjal, kencing berbusa juga bisa disebabkan oleh masalah "ejakulasi mundur" atau ejakulasi retrograde

Ejakulasi mundur ini biasanya disebabkan oleh penggunaan obat untuk darah tinggi, pembengkakan prostat, kehilangan rambut pada pria, dan penyimpangan psikologis.

Baca juga: Kenapa Jadi Sering Kencing setelah Minum Air Putih?

Bagaimana penyebab kencing berbusa didiagnosis?

Ilustrasi warna urineKompas.com Ilustrasi warna urine

Dokter kemungkinan akan mengambil sampel air kencing Anda untuk menguji kadar protein dalam urine.

Satu tes urine diambil selama 24 jam untuk membandingkan kadar albumin dengan kadar kreatinin. Ini disebut rasio albumin ke kreatinin urine (UACR).

Tes tersebut berguna untuk menunjukkan seberapa baik ginjal Anda menyaring darah.

Jika UACR Anda lebih tinggi dari 30 miligram per gram (mg/g), Anda mungkin menderita penyakit ginjal.

Dokter biasanya juga akan melakukan tes lain untuk memeriksa seberapa baik ginjal Anda bekerja.

Semenara, jika ejakulasi retrograde diduga sebagai penyebab kencing berbusa, dokter akan memeriksa sperma dalam urine.

Baca juga: Benarkah Urine Penderita Diabetes Terasa Manis?

Bagaimana cara mengatasi kencing berbusa?

Perawatan untuk kencing berbusa tergantung pada penyebabnya. Jika kencing Anda terkonsentrasi, minum lebih banyak air dan cairan lain akan meredakan dehidrasi dan menghentikan busa.

Sementara, ketika kencing berbusa disebabkan oleh kerusakan ginjal, Anda membutuhkan pengobatan untuk penyakit yang mendasarinya tersebut.

Seringkali diabetes dan tekanan darah tinggi menyebabkan penyakit ginjal. Anda dapat memperlambat perkembangan kerusakan ginjal dengan mengatasi diabetes dan hipertensi lebih dulu.

Dokter Anda akan merekomendasikan agar Anda makan makanan yang seimbang dan banyak berolahraga untuk membantu mengobati diabetes.

Anda juga harus sering menguji gula darah untuk memastikan kadar gula darah berada dalam kisaran yang sehat.

Anda mungkin juga dianjurkan untuk minum obat yang dapat menurunkan kadar gula darah.

Untuk tekanan darah tinggi, Anda juga harus menjaga pola makan yang baik. 

Baca juga: 11 Warna Urine Ini Ungkap Kondisi Kesehatan Anda

Membatasi garam dan protein dalam diet Anda dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah ginjal bekerja terlalu keras.

Dokter juga bisa meresepkan penghambat saluran kalsium, diuretik, atau obat lain yang menurunkan tekanan darah.

Angiotensin-converting enzyme inhibitor dan angiotensin receptor blocker adalah dua obat yang diyakini bisa menurunkan tekanan darah dan melindungi ginjal dari kerusakan tambahan.

Sementara itu, ketika kencing berbusa ternyata disebabkan oleh ejakulasi mundur, dokter bisa saja memberikan resep obat yang cocok.

Ejakulasi retrograde perlu mendapatan perawatan jika seorang pria memang ingin menjadi ayah atau orgasme kering terasa mengganggu.

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mudah Mengatasi Gatal pada Penis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau