Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Susu Murni dan Susu Skim, Mana yang Lebih Sehat?

Kompas.com - 11/06/2020, 12:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Semua orang percaya bahwa susu adalah minuman bergizi yang membantu proses pertumbuhan tulang dan gigi.

Namun, susu juga mengandung lemak yang diklaim bisa menambah berat badan.

Untuk memenuhi asupan susu tanpa takut berat badan naik, kini banyak dijual susu tanpa lemak atau yang dikenal dengan susu skim.

Lantas, apakah susu skim lebih sehat daripada susu murni?

Baca juga: 14 Buah dan Sayur Kaya Vitamin C untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Lemak pada susu

Kandungan lemak pada susu sangat bervariasi. Susu murni umumnya mengandung sekitar 3,35 persen lemak. Susu rendah lemak setidaknya mengandung satu persen lemak.

Sementara itu, susu skim hanya mengandung 0,5 persen lemak. Banyak orang menghindari susu murni karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi.

Melansir Healthline, konsumsi lemak jenuh berlebihan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Penelitian juga membuktikan bahwa asupan lemak jenuh bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Secangkir susu murni biasanya mengandung 4,6 gram lemak jenuh, yang merupakan 20 persen dari jumlah rekomendasi harian. Itu sebabnya, susu skim atau susu rendah lemak diklaim lebih sehat.

Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena beberapa data percobaan menyebutkan bahwa konsumsi lemak jenuh tak bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Manfaat susu murni

Hanya sedikit riset ilmiah yang membuktikan efek negatif lemak jenuh pada kesehatan.

Hipotesis lama menyebut lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol dan kadar kolesterol tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung.

Namun, kaitan antara lemak jenuh dan kolesterol tidak sesederhana itu.

Lemak jenuh memang dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Namun, tidak semua kolesterol LDL berbahaya bagi kesehatan.

Ada berbagai jenis kolesterol LDL, tetapi kolesterol LDL yang menyebabkan plak pada arteri dan memicu penyakit jantung biasanya memiliki partikel kecil serta padat.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau