4. Fase infeksi kronos (AIDS)
Selama berlangsungnya fase ini, di dalam kelenjar limfa terus terjadi replikasi virus HIV yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus.
Fungsi kelenjar limfa adalah sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan ke dalam darah.
Pada fese ini terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan di dalam sirkulasi sistemik.
Respons imum tidak mampu meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut.
Sementara, limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang kian banyak.
Penurunan limfosit ini mengakibatkan sistem imun menurun dan penderita semakin rentan terhadap berbagai penakit infeksi sekunder.
Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?
Perjalanan penyakit kemudian semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS.
Infeksi sekunder yang sering menyertai, di antaranya adalah:
Kadang-kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker, yakni kanker kelenjar getah bening dan kanker sarcoma Kaposi’s.
Pada tahap ini, penderita HIV/AIDS harus segera dibawa ke dokter dan menjalani terapi anti-retroviral virus (ARV).
Terapi ARV bakal mengandalikan virus HIV di dalam tubuh sehingga dampak infeksi bisa ditekan.
Meski demikian, HIV sebenarnya dapat dikenalikan sedini mungkin sehingga bisa menekan peluang timbulnya AIDS.
Baca juga: Kanker Hati: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobati
Maka dari itu, sangat dianjurkan bagi masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS untuk melakukan cek darah sedini mungkin.
Masyarakat yang termasuk berisiko tinggi, di antaranya yakni pengguna narkoba dengan jarum suntik, kerap berganti pasangan dan berhubungan seks tanpa kondom.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.