Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Tak Boleh Buru-buru Minum Obat Penurun Panas Saat Demam

Kompas.com - 15/07/2020, 15:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Banyak dari kita mungkin selama ini sering kali langsung mengambil obat penurun panas ketika mendapati tubuh demam.

Sementara itu, para orangtua kerap langsung memberikan obat demam untuk buah hati.

Padahal, kita sendiri merasa belum memahami benar apa itu demam.

Bahkan, ada juga para orangtua yang mengalami fobia atau panik berlebihan ketika sang anak demam.

Baca juga: 3 Obat Demam yang Bisa Dibeli Tanpa Resep, Mana yang Terbaik?

Para orangtua ini khawatir sang buah hati bisa kejang, koma, buta, otaknya rusak, dan bahkan meninggal dunia akibat demam yang diderita.

Karena kekhawatiran yang berlebihan, banyak orangtua akhirnya langsung memberikan obat demam, termasuk bagi dirinya sendiri ketika mengalami panas tinggi.

Tidak jarang, obat penurun panas yang dikonsumsi atau diberikan bahkan hanya sesuai dengan perkiraan, tidak membaca anjuran pemakaian atau berkonsultasi dengan apoteker.

Padahal, siapa saja dianjurkan untuk tidak boleh buru-buru minum obat saat demam.

Demam membantu tubuh memerangi penyakit

Melansir buku Orangtua Cermat, Anak Sehat (2012) oleh dr Arifianto, SpA, demam membantu memerangi penyakit sehingga tidak perlu buru-buru menurunkan demam.

Saat seseorang demam, tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap virus.

Hal yang harus dilakukan adalah mengamati terlebih dahulu perilaku orang yang mengalami demam.

Misalnya pada anak, apakah saat demam anak tampak tidak nyaman, rewel, menangis kesakitan, atau sebaliknya, masih dapat makan, minum, bermain, dan tidur nyaman?

Baca juga: 15 Manfaat Kunyit, Obat Demam hingga Anti Racun

Jika anak demam dengan kondisi yang masih tampak nyaman, tindakan yang sebaiknya dilakukan hanya observasi.

Hal itu dilakukan sampai suhu turun dengan sendirinya dan tidak perlu diberikan obat penurun panas.

Namun, jika anak demam dengan kondisi rewel dan tampak tidak nyaman, para orangtua dapat memberikannya obat demam.

Selain itu, baik anak-anak maupun orang dewasa dianggap perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut apabila suhu badan terukur lebih dari 38 derajat celsius.

Jika sudah mencapai angka 40 derajat celsius, demam yang dialami dapat dikategorikan sebagai demam yang berbahaya, sehingga harus segera diberikan bantuan medis untuk mencegah kondisi berbahaya.

Baca juga: Jangan Sampai Telat, Kenali 7 Ciri DBD pada Anak Harus Dirawat di RS

Melansir buku Mini Handbook Kesehatan Anak (2019) oleh dr Rendi AJI Prihaningtyas, dkk, suhu tubuh normal adalah 36,5–37,5 derajat celsius.

Seseorang dikatakan demam jika memiliki suhu tubuh di atas 37,5 derajat celsius.

Saat masuk ke dalam tubuh, kuman akan mengeluarkan zat kimiawi yang beredar di dalam darah dan mencepai hipotalamus.

Salah satu fungsi hipotalamus adalah sebagai pusat pengatur suhu tubuh.

Saat hipotalamus mendeteksi adanya kuman, suhu tubuh akan dinaikkan, misalnya hingga 38,5 derajat celsius.

Tujuan kenaikan suhu tubuh tersebut adalah agar kuman tidak nyaman berada di dalam tubuh.

Jadi, demam dapat dipahami sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau