Akibatnya, penderitanya jadi sulit mendapatkan udara dan kekurangan pasokan oksigen dalam darah.
Baca juga: 6 Manfaat Mengangkat Kaki sebelum Tidur yang Sayang untuk Dilewatkan
Saat kekurangan oksigen, otak akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk segara bangun dan membuka kembali jalan napas yang tertutup.
Saat terbangun, penderita sleep apnea akan tersedak, kaget, atau mendengus.
Pola ini bisa berulang setiap lima sampai 30 kali setiap jam sepanjang malam saat tidur.
Sedangkan untuk apnea tidur sentral, kondisi ini bisa terjadi karena masalah otak yang gagal mengirimkan sinyal ke otot pernapasan.
Dampaknya, seseorang jadi kehilangan refleks bernapas selama beberapa saat.
Sleep apnea sentral juga bisa membuat penderitanya terbangun dalam kondisi sesak napas dan susah tidur kembali.
Baca juga: Susah Tidur di Malam Hari Bisa Jadi Gejala Penyakit Apa?
Masalah tidur apnea bisa menimpa siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Namun, beberapa orang lebih berisiko mengalami sleep apnea obstruktif.
Di antaranya orang obesitas, punya leher tebal, saluran napas menyempit, laki-laki, perokok, sampai punya keluarga dengan riwayat sleep apnea.
Sementara itu, beberapa orang lebih rentan mengalami sleep apnea sentral apabila usianya bertambah, punya penyakit jantung dan stroke, serta pengguna narkoba.
Sleep apnea adalah masalah kesehatan serius. Komplikasinya bisa menyebabkan kelelahan, susah konsentrasi, sampai depresi.
Masalah tidur ini juga bisa memicu tekanan darah tinggi, masalah jantung, penyakit diebetes tipe 2, dan sindrom metabolik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.