KOMPAS.com – Kemungkinan penyebab sakit kepala ada banyak sekali.
Bukan hanya penyakit di sekitar kepala dan leher.
Faktanya, gangguan di daerah perut, dada, pembuluh darah, dan bahkan ujung kaki pun bisa menyebabkan sakit kepala atau pusing.
Jadi, bukan pekerjaan yang mudah, bahkan bagi dokter untuk mencari akar masalah kesehatan ini.
Baca juga: Paracetamol atau Ibuprofen, Mana yang Lebih Baik untuk Obat Demam?
Untuk menemukan penyebab sakit kepala, dokter harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
Dengan demikian, jangan merasa dikerjai apabila dokter sampai bertanya banyak hal hanya karena urusan sakit kepala, mulai dari urusan makan, tidur, termasuk problem rumah tangga.
Melansir Mayo Clinic, penting bagi dokter atau Anda untuk mengenali penyebab sakit kepala dengan tepat.
Kekeliruan mengenali penyebab pusing bisa saja menyebabkan sakit kepala berulang terus dan menjadi kronis.
Jika sudah kronis, pada umumnya penderita akan sangat tergantung kepada konsumsi obat. Sedikit-sedikit minum obat ketika pusing melanda.
Bahkan, satu tablet obat kadang tidak mempan lagi sampai harus menenggak dua tablet obat sekaligus.
Selain akan membahayakan lever (hati), minum obat secara terus-menerus berisiko menyebabkan penderita lebih gampang terkena nyeri.
Baca juga: 7 Obat Asam Urat untuk Atasi Nyeri dan Turunkan Kadar Asam Urat
Pengobatan sakit kepala semestinya meliputi dua hal, yakni pengobatan simtomatis (mengatasi rasa nyerinya) dan pengobatan kausatif (menghilangkan penyebabnya).
Keduanya harus dilakukan secara beriringan.
Setelah rasa nyeri diatasi, penyebab nyeri juga harus dihilangkan.
Misalnya, jika sakit kepala dipicu oleh pola tidur yang tidak teratur.
Dengan demikian, seseorang harus juga mengatur pola tidur dengan lebih baik demi kesehatan.
Semenara, jika penyebab sakit kepala adalah stres, seseorang harus mengatasi dulu stres yang terjadi.
Apabila penyebab sakit kepala adalah hipertensi atau darah tinggi, maka penderita juga harus mengontrol tekanan darahnya.
Baca juga: 5 Obat Darah Tinggi untuk Mengatasi Hipertensi
Untuk mengatasi masalah nyeri yang muncul, kini telah tersedia banyak obat sakit kepala di pasaran.
Tak hanya di apotek, obat sakit kepala sekarang jamak juga bisa ditemui di toko kelontong.
Berikut ini adalah ragam pilihan obat sakit kepala yang dapat digunakan:
1. Paracetamol
Melansir Buku Obat Sehari-hari (2014) oleh M. Sholekhudin, paracetamol terkadang di kemasan obat sakit kepala ditulis sebagai asetaminofen atau N-asetil-para aminofenol. Ketiganya sama saja.
Dalam dunia farmasi, satu jenis obat memang bisa punya banyak nama lain.
Dibanding dengan obat-obatan lain di dalam kelompok analgesik-antipiretik (pereda nyeri-penurun demam), paracetamol hingga saat ini dianggap paling aman, baik bagi perempuan hamil, ibu menyusui, maupun anak-anak.
Namun, penggunaan dosis besar dalam jangka panjang tetap saja bisa menyebabkan kerusakan organ hati.
Itu mengapa meski relatif aman, paracetamol tetap tidak dianjurkan untuk dikonsumsi terus-menerus dalam dosis besar.
Baca juga: 10 Obat Kolesterol untuk Turunkan Kolesterol Tinggi
Salah satu kelebihan paracetamol sebagai obat sakit kepala adalah bisa diminum saat perut kosong tanpa mengganggu lambung.
Dosis umum sekali minum paracetamol yakni 500 mg.
2. Asetosal
Asetosal dapat dikenali juga sebagai asam asetil salisilat atau aspirin. Ketiganya sama saja.
Asetosal mungkin bisa dianggap sebagai obat pereda nyeri dan demam yang paling legendaris.
Di masyarakat Barat, aspirin memang merupakan obat sakit kepala paling sering digunakan.
Di buku-buku atau artikel berbahasa Inggris, obat sakit kepala identic dengan aspirin atau asetosal.
Jika Anda membaca artikel kesehatan berbahaya Indonesia, yang mengidentikkan obat sakit kepala dengan aspirin, Anda boleh menduga tulisan tersebut hanya terjemahan dari tulisan berbahasa Inggris.
Baca juga: 10 Penyebab Sakit Perut yang Perlu Diwaspadai dan Cara Mengatasinya
Di masyarakat Indonesia, obat sakit kepala yang paling banyak dikonsumsi adalah paracetamol.
Selain berkhasiat meredakan nyeri dan demam, aspirin dalam dosis kecil (80-100 mg) juga biasa dipakai untuk mencegah penggumpulan darah pada penderita serangan jantung atau stroke.
Untuk obat sakit kepala, dosis umum aspirin sekitar 500 mg.
Sesuai namanya, aspirin atau asam asetil salisilat bersifat asam.
Sifat asam membuat obat ini punya efek samping mengiritasi lambung dan karenanya tidak cocok digunakan oleh orang dengan sakit mag.
Aspirin juga tidak disarankan diminum dalam keadaan perut kosong.
Efek samping lain yang juga bisa terjadi antara lain reaksi alergi pada kulit dan telinga berdengung.
Aspirin tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak yang menderita flu dan infeksi virus lainnya karena berpotensi menyebabkan penyakit yang disebut Sindrom Reye. Gejalanya, yakni muntah dan demam tinggi.
Obat ini juga tidak dianjurkan diberikan untuk kasus demam berdarah dengue (DBD) karena justru akan meninkatkan risiko perdarahan.
Baca juga: Alasan Air Hangat Lebih Tepat untuk Mengompres Anak Demam
3. Ibuprofen
Di Indonesia, ibuprofen lebih dikenal sebagai obat penurun panas daripada pereda nyeri.
Terkait efek samping, sama seperti aspirin, ibuprofen sebaiknya tidak digunakan oleh penderita yang memiliki gangguan mag.
Meski efektif untuk demam tinggi, obat ini juga sebaiknya tidak digunakan pada kasus DBD karena justru akan meningkatkan risiko perdarahan.
4. Asam mefenamat
Asam mefenamat lebih dikenal sebagai pereda nyeri untuk sakit gigi.
Obat ini sebetulnya tidak termasuk obat bebas.
Jika tidak dengan resep dokter, konsumsi asam mefenamat setidaknya harus lewat konsultasi dengan apoteker.
Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun
Tapi, faktanya, obat ini bisa didapatkan dengan mudah tak hanya di apotek, tapi juga di toko-toko obat.
Mengapa asam mefenamat bukan obat bebas?
Pertimbangannya tentu karena berkaitan dengan masalah keamanan.
Pasalnya, pada sebagian orang, asam mefenamat bisa menimbulkan gangguan darah, sehingga harus digunakan secara hati-hati.
Selain itu, sesuai namanya, obat ini bersifat asam.
Nama obat memang bisa dijadikan sebagai patokan umum.
Jika didahului dengan kata asam, biasanya obat tersebut bisa mengiritasi lambung.
Maka dari itu, sama seperti aspirin, asam mefenamat sebaiknya dihindari oleh penderita gagguan mag dan tidak diminum dalam keadaan perut kosong.
Baca juga: 11 Tanaman Herbal untuk Menurunkan Darah Tinggi
5. Aminofenazon
Aminofenazon masih satu kelompok dengan asam mefenamat.
Dibandingkan golongan paracetamol dan asetosal, aminofenazon relatif kurang aman.
Itu sebabnya, obat-obatan golongan ini tidak boleh digunakan secara bebas.
Termasuk dalam kategori obat yang tidak boleh digunakan secara bebas adalah obat-obat analgesik yang namanya berakhiran dengan “-azon”, seperti:
Demi pertimbangan keamanan, sebaiknya hindari berurusan dengan obat-obat jenis ini kecuali atas dasar resep dokter.
Di pasaran, masih ada beberapa produk obat sakit kepala dan migrain yang mengandung propifenazon.
Sebagai anjuran saja, meski faktanya obat ini dapat dibeli tanpa resep, sebaiknya hanya mengonsumsinya jika sudah berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.
Baca juga: Bagaimana Darah Tinggi Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?
6. Antalgin
Nama lain antalgin, yakni metamizol dan metampiron.
Obat ini juga masih satu kelompok dengan aminofenazon dan asam mefenamat.
Di beberapa negara, obat ini dilarang beredar.
Sementara di Indonesia, antalgin masih beredar dengan status obat keras.
Konsumen awam sebaiknya tidak menggunakan obat golongan ini kecuali dengan resep dokter.
7. OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
Melansir Buku Cerdas Mengenali Obat (2010) oleh Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., selain ibuprofen, terdapat beberapa obat analgesik lain, seperti indomethacin, naproxen, diclofenac, piroxicam, tenoxicam, dan meloxicam yang dapat digunakan untuk mengobati nyeri sakit kepala.
Namun, obat-obatan golongan Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) ini pada umumnya memiliki efek samping pada lambung.
Baca juga: Jenis-jenis Obat Batuk Berdahak dan Obat Batuk Kering
Kekuatan efek samping obat ini terhadap lambung berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Jika harus menggunakannya, pilih obat yang efeknya terhadap lambung paling kecil.
Berikut urutan dari yang paling berisiko pada beberapa obat AINS terhadap lambung (semakin besar angkanya, maka kian besar risikonya):
Tapi sebaiknya, bagi penderita sakit kepala yang sudah punya riwayat gangguan lambung menghindari penggunaan obat-obat AINS ini.
Alternatif yang paling aman adalah paracetamol atau asetaminofen.
Obat sakit kepala ini tersedia dalam berbagai merek.
Baca juga: Cara Mengatasi Sakit Mag dengan Kunyit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.