Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Bahaya Kesepian yang Tak Bisa Dianggap Sepele

Kompas.com - 03/09/2020, 12:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Setiap orang pasti tidak ingin hidup dalam kesepian. Sayangnya, kesepian bisa menyerang siapa saja tanpa pandang status sosial.

Kesepian tidak hanya dialami oleh mereka yang hidup sendirian. Bahkan, seseorang yang hidup dalam popularitas atau selalu berada dikeramaian pun bisa saja merasa sepi sepanjang hidupnya.

Kondisi inilah yang disebut dengan kesepian kronis. Kesepian kronis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesepian dalam waktu lama.

Seseorang bisa mengalami kesepian ketika kebutuhan mereka akan hubungan sosial tidak terpenuhi.

Tak hanya mempengaruhi kondisi mental, kesepian juga telah terbukti dapat meningkatkan risiko kematian dini.

Baca juga: Sering Lupa dan Bingung Bisa Jadi Tanda Depresi, Kok Bisa?

Salah satu riset yang membuktikan hal tersebut telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Riset dilakukan oleh seorang profesor psikologi dari University of Chicago, John T. Cacioppo.

Dalam penelitian tersebut, Cacioppo membuktikan bahwa risiko kematian dini meningkat sebesar 14 persen pada orang-orang yang mengalami kesepian kronis.

Kematian tersebut dipicu oleh berbagai penyakit kronis. Dengan kata lain, kesepian dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan kita mengalami berbagai penyakit kronis.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa orang-orang yang kesepian memiliki ekspresi gen conserved transcriptional response to adversity atau CTRA yang besar.

CTRA merupakan gen yang dapat meningkatkan ekspresi gen pemicu inflamasi dan melemahkan ekspresi gen yang membantu meningkatkan respon antivirus.

Itu sebabnya, kesepian bisa memicu peradangan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Semua kondsi tersebut berperan besar dalam meningkatkan risiko kematian dini.

Gejala kesepian kronis

Selain merasa sedih berkepanjangan dan hampa, ada berbagai gejala yang bisa terjadi pada mereka yang mengalami kesepian. Berikut gejala tersebut:

  • energi menurun
  • tidak bisa fokus
  • insomnia
  • merasa putus asa dan tidak berharga
  • sering jatuh sakit
  • nyeri tubuh
  • sering cemas atau gelisah
  • sering belanja berlebihan
  • melakukan penyalahgunaan zat.

Baca juga: Lemak Perut Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes, Begini Baiknya

Mengatasi dan mencegah kesepian

Untuk mengatasi dan mencegah kesepian, kita bisa melakukan hal-ha berikut:

1. Rutin olahraga

Meskipun olahraga tidak dapat meredakan kesepian dengan sendirinya, olahraga dapat membantu meningkatkan suasana hati secara keseluruhan dan meningkatkan perasaan positif.

Tentunya, hal ini membantu kita untuk meredakan rasa sepi yang terjadi.

2. Lakukan aktivitas luar ruangan

Sinar matahari dapat membantu meningkatkan serotonin dalam tubuh. Serotonin merupakan hormon yang dapat membantu meningkatkan suasana hati.

Penelitian menunjukkan menghabiskan waktu di alam atau luar ruangan dapat membantu meredakan perasaan depresi, kecemasan, dan stres.

Itu sebabnya, tak ada salahnya kita melakukan aktivitas di luar ruangan seperti jogging atau mendaki gunung.

3. Jaga komunikasi dengan orang tercinta

Jika berada jauh dari orang tercinta, manfaatkan teknologi untuk tetap terhubung dengan mereka.

Menjaga hubungan baik dengan orang tersayang akan membantu kita untuk tetap merasa bahwa kita masih memiliki cinta kasih.

4. Memelihara hewan

Memelihara hewan juga membantu kita untuk lebih terasa terhubung dengan dunia.

Banyak riset membuktikan memelihara hewan membantu menjaha kesehatan mental, termasuk mengurangi kesepian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau