Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2020, 21:03 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Stres merupakan reaksi tubuh terhadap setiap perubahan hidup yang memerlukan penyesuaian.

Respon ini bisa berupa fisik dan mental. Stres biasanya hanya berlangsung sementara dan bisa pergi dengan sendirinya ketika seseorang mampu menangani pemicunya.

Akan tetapi, stres juga bisa berlangsung dalam jangka panjang hingga memengaruhi kemampuan seksual, khususnya di kalangan pria.

Baca juga: Mengenal Lemak Jenuh, Jenis Lemak yang Dianggap Jahat untuk Tubuh

Pengaruh stres pada fungsi seksual pria

Umumnya, pria akan mengalami tiga jenis ereksi, yakni ereksi refleksif karena rangsangan fisik, psikogenik karena rangsangan visual atau mental, dan nokturnal atau ereksi normal yang terjadi saat tidur.

Semua jenis ereksi tersebut melibatkan sistem dan proses penting dalam tubuh.

Ada banyak hal yang bisa memicu terjadinya disfungsi ereksi pada pria, salah satunya stres.

Pasalnya, stres juga turut memengaruhi cara otak memberi sinyal respon ke penis untuk memugkinkan terjadinya aliran darah ekstra.

Stres tinggi juga bisa memicu berbagai gangguan kesehatan yang turut meningkatkan risiko disfungsi ereksi seperti berikut:

  • penyakit jantung
  • tekanan darah tinggi
  • kadar kolesterol tinggi
  • kegemukan
  • konsumsi alkohol yang berlebihan.

Selain itu, stres juga bisa meningkatkan kadar hormon kortisol dan adrenalin yang bisa memicu disfungsi ereksi.

Di sisi lain, mengalami disfungsi ereksi juga bisa memperparah stres yang dirasakan. Tentunya, kondisi ini bisa menjadi lingkarang setan yang berpengaruh buruk pada setiap aspek kehidupan pria.

Bagaimana cara mengatasinya?

Cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan menghilangkan pemicu stres.

Menghimpun data Healthline, cara ini bisa kita lakukan dengan melakukan konseling ke psikolog atau ahlijiwa untuk mengidentifikasi pemicu dan melakukan manajemen stres.

Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh gaya hidup yang buruk seperti merokok, gaya hidup pasif, dan konsumsi alkohol berlebihan.

Baca juga: Periset Buktikan Stres Kronis Bisa Memicu Obesitas

Untuk mengatasinya, kita tentu harus mengubah gaya hidup tersebut dengan rutin berolahraga, mengurangi konsumsi alkohol dan menfhindari merokok.

Para pria juga bisa melakukan relaksasi melalui yoga, akupuntur, atau meditasi.

Cara tersebut telah teruji dapat membantu menyeimbangkan kadar kimia di otak yang memicu penurunan tingkat stres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau