KOMPAS.com - Stres merupakan reaksi tubuh terhadap setiap perubahan hidup yang memerlukan penyesuaian.
Respon ini bisa berupa fisik dan mental. Stres biasanya hanya berlangsung sementara dan bisa pergi dengan sendirinya ketika seseorang mampu menangani pemicunya.
Akan tetapi, stres juga bisa berlangsung dalam jangka panjang hingga memengaruhi kemampuan seksual, khususnya di kalangan pria.
Baca juga: Mengenal Lemak Jenuh, Jenis Lemak yang Dianggap Jahat untuk Tubuh
Umumnya, pria akan mengalami tiga jenis ereksi, yakni ereksi refleksif karena rangsangan fisik, psikogenik karena rangsangan visual atau mental, dan nokturnal atau ereksi normal yang terjadi saat tidur.
Semua jenis ereksi tersebut melibatkan sistem dan proses penting dalam tubuh.
Ada banyak hal yang bisa memicu terjadinya disfungsi ereksi pada pria, salah satunya stres.
Pasalnya, stres juga turut memengaruhi cara otak memberi sinyal respon ke penis untuk memugkinkan terjadinya aliran darah ekstra.
Stres tinggi juga bisa memicu berbagai gangguan kesehatan yang turut meningkatkan risiko disfungsi ereksi seperti berikut:
Selain itu, stres juga bisa meningkatkan kadar hormon kortisol dan adrenalin yang bisa memicu disfungsi ereksi.
Di sisi lain, mengalami disfungsi ereksi juga bisa memperparah stres yang dirasakan. Tentunya, kondisi ini bisa menjadi lingkarang setan yang berpengaruh buruk pada setiap aspek kehidupan pria.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.