Ia pernah menjalani prosedur medis untuk memutus saluran darah pemasok makanan untuk kanker. Namun, selang sebulan kanker terpantau masih bertahan berbekal asupan dari saluran darah baru.
Singkat cerita, Dahlan akhirnya mengambil keputusan menjalani operasi transplantasi hati di Tianjin First Central Hospital China, pada 6 Agustus 2007.
Keputusan yang ia sebut dengan istilah "turun mesin" itu dibuat bukannya tanpa didahului rasa gamang.
Baca juga: Kenali Berat Badan Turun Drastis yang Jadi Gejala Kanker
Dahlan sebelumnya sempat menimbang-nimbang, mengingat operasi cangkok organ bukannya nihil risiko gagal.
"Kalau transplantasi, kemungkinannya mati. Kalau enggak (ditransplantasi), juga pasti mati. Dari yang pasti mati, saya pilih yang mungkin mati," kata Dahlan sembari tersenyum.
Sebagai penyintas kanker hati, Dahlan mengaku sempat melewati fase galau, menyangkal, sampai akhirnya bisa menerima, dan mampu berpikir strategis untuk mencari cara terbaik mengatasi penyakitnya.
Ia pun berpesan agar para penderita kanker hati terus bersemangat untuk berjuang mendapatkan kesembuhan.
"Sedih saja tidak menyelesaikan persoalan. Kanker hati bisa ditangani. Semakin dini ditemukan, semakin cepat pengobatan, harapan sembuh juga besar," kata Dahlan.
Baca juga: 10 Cara Mencegah Penyakit Kanker
Menanggapi kisah Dahlan Iskan melawan kanker hati, ahli gastroenterologi-hepatologi, Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM menyampaikan, semakin dini kanker hati terdeksi, penyakit juga semakin cepat tertangani.
Menurut dia, banyak di antara penderita kanker hati yang datang berobat dalam kondisi terlambat, dengan kata lain stadium penyakit sudah masuk tahap menengah atau akhir.
"Muntah darah itu termasuk terlambat," kata dia.
Lebih lanjut Irsan menerangkan, sejumlah kasus kanker hati terlambat diketahui lantaran organ liver tidak memiliki saraf.
Sehingga, saat awal muncul gangguan, liver tidak langsung mengeluarkan alarm atau sinyal berupa gejala penyakit yang khas.
Baca juga: Mengenali Berbagai Jenis Stadium Kanker
Mengingat gejala kanker hati jamak dirasakan penderita saat penyakit sudah berkembang, setiap orang, terutama yang berisiko wajib lebih waspada.
"Setiap orang harusnya dicek, ada hepatitis atau tidak. Kalau enggak ada, divaksinasi. Kalau ada hepatitis, kita pantau kankernya secara berkala," jelas Dokter Irsan.
Selain penderita hepatitis, orang dengan fatty liver atau perlemakan hati yang jamak diidap penderita obesitas dan diabetes juga berisiko mengalami kanker hati.
"Fatty liver juga bisa (berkembang) menjadi kanker hati, bahkan tanpa sirosis sama sekali," kata dia.
Untuk mencegah penyakit kanker hati, Dokter Irsan menyarankan agar setiap orang melakukan pemeriksaan USG secara berkala, pemeriksaan darah rutin, menjaga berat badan agar tetap ideal, mengatur pola makan seimbang, dan rutin berolahraga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.