KOMPAS.com – Setiap anak maupun orang dewasa akan kehilangan air dalam tubuh terus-menerus sepanjang hari.
Air bisa menguap dari kulit dan keluar dari tubuh saat proses pernapasan, menangis, berkeringat, kencing, dan buang air besar (BAB).
Sering kali, anak-anak mendapat cukup air dari makan dan minum untuk menggantikan cairan yang hilang.
Baca juga: 4 Komplikasi Dehidrasi yang Tak Layak Disepelekan
Tetapi, dalam beberapa kasus, anak-anak bisa kehilangan air lebih banyak dari biasanya.
Demam, sakit perut, keluar dalam cuaca panas, atau terlalu banyak gerak misalnya, dapat menyebabkan kehilangan cairan terlalu banyak. Kondisi ini pun bisa menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh.
Saat dehidrasi terjadi, tubuh tidak memiliki cukup cairan dan air untuk berfungsi dengan baik.
Dalam kasus yang parah, hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Dehidrasi pada dasarnya terjadi ketika lebih banyak cairan yang keluar dari tubuh daripada yang masuk.
Melansir Medical News Today, anak-anak cenderung lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan remaja yang lebih tua atau orang dewasa karena mereka memiliki tubuh yang lebih kecil. Di mana, anak-anak memiliki cadangan air yang lebih kecil.
Beberapa anak-anak mengalami dehidrasi karena tidak minum cukup air.
Baca juga: 6 Penyebab Mimisan pada Anak dan Cara Mengatasinya
Faktor-faktor tertentu juga dapat membuat mereka berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi.
Ini termasuk:
Diare dapat disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, atau parasit), alergi atau sensitivitas makanan, kondisi medis seperti penyakit radang usus, atau reaksi terhadap obat.
Jika anak-anak muntah, feses berair, atau tidak mampu atau tidak mau minum karena suatu penyakit, pantau tanda-tanda dehidrasi.