Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Gejala Sleep Apnea pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 15/02/2021, 20:05 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Sleep apnea pediatrik adalah gangguan tidur di mana anak mengalami jeda singkat dalam bernapas ketika tidur.

Usia anak-anak dengan kondisi ini dapat bervariasi.

Tetapi, menurut American Sleep Apnea Association, banyak dari anak-anak dengan sleep apnea adalah berusia antara 2 dan 8 tahun.

Baca juga: 7 Cara Sleep Apnea Membahayakan Kesehatan

Ada dua jenis sleep apnea yang bisa menyerang anak-anak.

Jenis sleep apnea yang paling umum adalah obstructive sleep apnea (OSA).

OSA disebabkan oleh penyumbatan di bagian belakang tenggorokan atau hidung.

Jenis sleep apnea lainnya adalah central sleep apnea (CSA).

CSA terjadi ketika bagian otak yang bertanggung jawab untuk bernapas tidak berfungsi dengan baik.

Otot pernapasan tidak mengirimkan sinyal normal untuk bernapas. Hal ini membuat anak-anak tidak bisa bernapas lega selama beberapa waktu.

Salah satu perbedaan antara kedua jenis apnea ini adalah jumlah dengkuran.

Mendengkur dapat terjadi dengan central sleep apnea, tetapi jauh lebih menonjol dengan obstructive sleep apnea karena berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

Baca juga: 2 Penyebab Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Picu Serangan Jantung

Gejala sleep apnea pada anak-anak

Merangkum Health Line, kecuali mendengkur, gejala obstructive sleep apnea dan central sleep apnea pada dasarnya sama.

Gejala umum sleep apnea pada anak-anak pada malam hari di antaranya, meliputi:

  1. Dengkuran keras
  2. Batuk atau tersedak saat tidur
  3. Bernapas melalui mulut
  4. Sleep terror, yakni gangguan tidur di mana anak-anak akan terbangun dan mulai menjerit, panik, dan berkeringat
  5. Mengompol
  6. Jeda bernapas
  7. Tidur dalam posisi aneh atau tidak wajar

Gejala sleep apnea tidak hanya terjadi di malam hari.

Jika anak-anak tidak bisa tidur nyenyak karena gangguan ini, gejala sleep apnea siang hari dapat muncul, meliputi:

  • Kelelahan
  • Kesulitan bangun di pagi hari
  • Tertidur di siang hari

Baca juga: 9 Gejala Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Picu Serangan Jantung

Ingatlah bahwa bayi dan anak kecil yang mengalami sleep apnea mungkin tidak mendengkur, terutama mereka yang mengalami central sleep apnea.

Terkadang, satu-satunya tanda sleep apnea pada kelompok usia ini adalah masalah atau gangguan tidur.

Efek sleep apnea yang tidak diobati pada anak-anak

Temuan sleep apnea pada anak mesti dikonsultasikan dengan dokter.

Pasalnya, melansir Medical News Today, sleep apnea yang tidak diobati dapat menyebabkan gangguan tidur dalam waktu lama yang mengakibatkan kelelahan siang hari yang kronis.

Seorang anak dengan sleep apnea yang tidak diobati mungkin akan mengalami kehilangan fokus di sekolah. Hal ini pun dapat memicu masalah belajar dan prestasi akademik yang buruk.

Beberapa anak juga mengembangkan hiperaktif, menyebabkan mereka salah didiagnosis dengan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).

Namun, diperkirakan bahwa gejala sleep apnea obstruktif mungkin muncul pada hingga 25 persen anak-anak dengan diagnosis ADHD.

Baca juga: 10 Tanda Dehidrasi pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Anak-anak ini mungkin juga mengalami kesulitan untuk berkembang secara sosial dan akademis.

Dalam kasus yang lebih parah, sleep apnea bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan keterlambatan kognitif, serta masalah jantung.

Hal itu dikarenakan, sleep apnea yang tidak diobati dapat pula menyebabkan masalah kesehatan, seperti:

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Meningkatkan risiko stroke
  • Meningkatkan serangan jantung

Ini mungkin juga terkait dengan obesitas pada anak.

Baca juga: 3 Penyebab Obesitas pada Anak dan Cara Mengatasinya

Diagnosis sleep apnea pada anak

Penting untuk menemui dokter jika orangtua mencurigai adanya sleep apnea pada anak-anak.

Dokter anak bisa jadi akan merujuk anak-anak ke spesialis tidur.

Untuk mendiagnosis sleep apnea dengan tepat, dokter akan menanyakan gejala anak, melakukan pemeriksaan fisik, dan menjadwalkan studi tidur.

Untuk studi tidur, anak akan diminta untuk menghabiskan malam di rumah sakit atau klinik tidur.

Spesialis tidur kemudian akan menempatkan sensor uji di tubuhnya, dan memantau hal berikut sepanjang malam:

  • Gelombang otak
  • Tingkat oksigen
  • Detak jantung
  • Aktivitas otot
  • Pola pernapasan

Jika dokter tidak yakin apakah anak memerlukan studi tidur penuh, pilihan lain adalah tes oksimetri.

Tes ini (diselesaikan di rumah) dilakukan dengan cara mengukur detak jantung anak dan jumlah oksigen dalam darah mereka saat tidur. Ini adalah alat skrining awal untuk mencari tanda-tanda sleep apnea.

Baca juga: 6 Penyebab Mimisan pada Anak dan Cara Mengatasinya

Berdasarkan hasil tes oksimetri, dokter mungkin merekomendasikan studi tidur penuh untuk memastikan diagnosis sleep apnea.

Selain studi tidur, dokter mungkin menjadwalkan elektrokardiogram untuk menyingkirkan kondisi jantung apa pun. Tes ini mencatat aktivitas listrik di jantung anak.

Pengujian yang memadai penting karena sleep apnea terkadang terabaikan pada anak-anak. Ini bisa terjadi jika seorang anak tidak menunjukkan tanda-tanda khas dari gangguan tersebut.

Misalnya, alih-alih mendengkur dan sering tidur siang, anak dengan sleep apnea bisa menjadi hiperaktif, mudah tersinggung, dan mengembangkan perubahan suasana hati, yang mengakibatkan diagnosis masalah perilaku.

Jadi, sebagai orang tua, pastikan Anda mengetahui faktor risiko sleep apnea pada anak.

Jika anak Anda memenuhi kriteria untuk sleep apnea dan menunjukkan tanda-tanda hiperaktif atau masalah perilaku, lebih baik segera bicarakan dengan dokter tentang studi tidur.

Baca juga: Ini Durasi Tidur Ideal Berdasarkan Usia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau