KOMPAS.com - Penyakit arteri koroner atau coronary artery disease (CAD) berkembang ketika pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung rusak atau terganggu.
Endapan yang mengandung kolesterol (plak) di arteri koroner dan peradangan biasanya menjadi penyebab penyakit arteri koroner.
Arteri koroner sendiri berfungsi memasok darah, oksigen, maupun nutrisi ke organ vital jantung.
Baca juga: 12 Makanan yang Mengandung Kolesterol Tinggi
Penumpukan plak dapat mempersempit arteri ini, sehingga menurunkan aliran darah ke jantung.
Pada akhirnya, aliran darah yang berkurang dapat menyebabkan nyeri dada (angina), sesak napas, atau tanda dan gejala penyakit arteri koroner lainnya.
Sementara itu, penyumbatan total arteri jantung dapat menyebabkan serangan jantung.
Karena penyakit arteri koroner sering berkembang secara perlahan, penderitanya mungkin tidak akan melihat masalah sampai mengalami penyumbatan yang signifikan atau serangan jantung.
Merangkum Mayo Clinic, jika menyempit, arteri koroner berarti tidak dapat memasok cukup darah kaya oksigen ke jantung, terutama saat jantung berdetak kencang, seperti saat seseorang berolahraga.
Baca juga: Mengapa Darah Tinggi Bisa Menyebabkan Penyakit Jantung?
Pada awalnya, aliran darah yang menurun mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun.
Namun, apabila plak terus menumpuk di arteri koroner, seseorang mungkin akan mengalami tanda dan gejala penyakit arteri koroner sebagai berikut:
1. Nyeri dada (angina)
Penderita mungkin akan merasakan tekanan atau sesak di dada, seolah-olah ada orang lain yang sedang berdiri di atas dada.
Nyeri ini disebut angina, biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri dada.
Angina pada umumnya dipicu oleh stres fisik atau emosional.
Rasa sakit biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang membuat stres.