Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Durasi dan Waktu Terbaik untuk Berjemur Saran Dokter Spesialis Kulit

Kompas.com - 01/04/2020, 10:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis


KOMPAS.com – Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global, muncul berbagai informasi mengenai cara meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terjangkit virus corona.

Salah satu yang mengemuka, yakni anjuran bagi masyarakat untuk melakukan sun-exposures atau berjemur di bawah paparan sinar matahari guna mencegah risiko terpapar virus yang berasal dari Wuhan, China itu.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK (K), membenarkan saran tersebut. Menurut dia, jika dilakukan dengan tepat, berjemur di bawah sinar matahari dapat meningkatan daya tahan tubuh.

Baca juga: Berjemur Jam 10 Siang untuk Jaga Daya Tahan Tubuh

Sosok yang akrab disapa dr. Pras itu, mengatakan sinar matahari adalah sumber utama kehidupan dan energi di planet bumi. Namun, mendapat paparan energi matahari yang berlebihan, jelas merusak sistem biologis.

Bagi manusia, kebutuhan akan paparan cahaya ultraviolet (UV) dari matahari untuk pemeliharaan kesehatan, bervariasi secara dramatis antarindividu.

Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kondisi masing-masing idividu kaitannya dengan:

  • Fenotipe kulit
  • Adanya fotosensitifitas patologis
  • Faktor genetik

Pada individu yang normal dan sehat, sinar matahari diperlukan guna meningkatkan rasa psikologis dan juga menyediakan energi untuk sintesis vitamin D endogen.

Di sisi lain, paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan:

  • Photoaging atau proses penuaan yang diakibatkan oleh sinar ultraviolet dari matahari
  • Imunosupresi atau penurunan sistem kekebalan tubuh
  • Fotokarsinogenesis atau suatu mekanisme kompleks dari kerusakan DNA yang disebabkan oleh sinar UV

Baca juga: Waspadai, 3 Risiko Berjemur untuk Ibu Hamil

Durasi dan waktu terbaik untuk berjemur

Dokter yang sehari-hari juga menjadi Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) itu, menjelaskan radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi termasuk di antaranya, yakni radiasi UV, cahaya tampak, dan Infra Red antara 290 dan 4000 nm.

Sinar matahari terestrial berfluktuasi secara dramatis, tidak hanya dalam hal intensitas keseluruhan, tetapi juga dalam komposisi spektralnya berdasarkan waktu, ketinggian, dan garis lintang.

Menurut dia, kualitas dan kuantitas radiasi UV dari pancaran sinar matahari tersebut bervariasi tergantung pada faktor geografi dan waktu.

Namun, di lokasi dan iklim tertentu, sinar matahari cukup seragam dan dapat diprediksi sebagai sumber radiasi murah dan mudah didapat yang mungkin cukup untuk penggunaan diagnostik atau terapeutik.

dr. Pras menerangkan secara umum sinar UV dapat dibagi menjadi 3 tergantung panjang gelombangnya, yaitu UV-A, UV-B, dan UV-C.

Masing-masing sinar UV tersebut memiliki benefit dan risiko. Oleh karena itu, penting bagi semua untuk memahami karakteristik dari sinar UV.

Sinar UV-C memiliki energi dan potensi terkuat untuk kerusakan biologis. Untungnya bagi manusia, lapisan ozon menyerap hampir semua UV-C di permukaan bumi melalui penyerapan di atmosfer.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Berjemur di Bawah Sinar Matahari untuk Kesehatan?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau