Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2021, 20:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Retensi urine adalah kondisi saat kandung kemih tidak sepenuhnya kosong ketika kencing atau buang air kecil.

Kondisi ini membuat penderitanya terus-menerus ingin buang air kecil.

Seperti diketahui, kandung kemih manusia dirancang sebagai tangki penampungan limbah berupa urine.

Dalam kondisi normal, ketika kandung kemih sudah penuh, tubuh secara alami akan mengeluarkan urine dan kotoran lainnya sampai tuntas.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Urine dan Kandungannya

Retensi urine lebih sering dialami pria ketimbang wanita, terutama memasuki usia lanjut.

Kenali gejala retensi urine dan penyebabnya sebagai berikut.

Gejala retensi urine

Dilansir dari Healthline, retensi urine ada yang bersifat kronis atau terjadi berkepanjangan dan retensi urine akut yang muncul secara tiba-tiba.

Gejala retensi urine kronis yakni buang air kecil rasanya tidak tuntas karena kandung kemih belum kosong. Beberapa tandanya yakni:

  • Kencing lebih dari delapan kali sehari
  • Susah kencing
  • Aliran urine tidak deras atau pampat
  • Masih ingin kencing setelah selesai kencing
  • Urine rembes atau susah menahan diri untuk tidak mengompol
  • Panggul atau perut bagian bawah terasa mengganjal

Sedangkan gejala retensi urine akut yakni ingin sering kencing tapi urine tidak bisa keluar.

Kondisi ini bisa membuat sakit perut dan rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.

Baca juga: 4 Urutan Proses Pembentukan Urine di Tubuh Kita

Penyebab retensi urine

Melansir Cleveland Clinic, retensi urine bisa terjadi saat aliran urine yang melewati kandung kemih dan uretra terhambat. Uretra adalah saluran yang dilewati urine dari kandung kemih ke luar tubuh.

Pada pria, penyebab saluran ini tersumbat umumnya karena kelenjar prostat membesar sampai menekan uretra.

Sedangkan pada wanita, penyebab saluran ini terhambat adalah kandung kemih yang melorot.
Selain dua hal di atas, penyebab retensi urine lainnya yakni:

  • Batu kemih
  • Efek samping obat tertentu
  • Gangguan saraf seperti stroke, diabetes, multiple sclerosis, hernia, dan tumor di sumsum tulang belakang
  • Infeksi saluran kencing
  • Efek samping operasi

Baca juga: Hati-hati, Protein Urine Tinggi Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal

Cara mengatasi retensi urine disesuaikan dengan penyebab mendasar, jenis, dan kondisi kesehatan.

Di beberapa kasus, retensi urine bisa sembuh dengan obat khusus, latihan otot dasar panggul, sampai operasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau