KOMPAS.com - Kondisi gawat darurat dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ketika kondisi ini terjadi pada anak-anak, sering kali mereka belum bisa mengkomunikasikannya dengan cepat dan tepat.
Misalnya saja pada anak yang tersedak, kejang, atau bahkan mengalami henti napas.
Kondisi lain yang sekilas terlihat tidak berbahaya tapi dapat berubah menjadi gawat darurat seperti demam dan diare.
Baca juga: Kejang pada Anak: Penyebab, Pertolongan Pertama, Kapan Perlu Waspada
Terkadang, menentukan kondisi gawat darurat pada anak menjadi hal yang sulit dilakukan. Padahal, kita berkejaran dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa.
Dengan metode konvensional, deteksi kegawatdaruratan pada anak membutuhkan waktu lebih dari 1 menit. Hal ini sering kali memperlambat kerja perawat.
Berdasarkan hal ini, mahasiswa magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) mencoba merancang aplikasi yang membantu mendeteksi kegawatdaruratan pada anak.
Aplikasi berbasis android yang masih berupa purwarupa tersebut diberi nama Pediatric Assessment Triangle (PAT).
Berdasarkan rilis yang diterima Kompas.com dari FIK UI, aplikasi ini mengkaji first impression pada pasien anak agar perawat segera dapat memberikan pertolongan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah hingga kematian.
Para peneliti merancang aplikasi ini di bawah mentoring Dessie Wanda, S.Kp., M.N., Ph.D yang merupakan dosen di Departemen Keperawatan Anak FIK UI. Dessie berlaku sebagai ketua tim dalam penelitian dan rancangan aplikasi tersebut.
Dalam keterangannya, Dessie menyebut bahwa aplikasi ini dapat mendeteksi kegawatdaruratan pada anak kurang dari 1 menit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.