Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Efek Stroke pada Tubuh yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 24/03/2021, 10:07 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Stroke adalah kondisi ketika darah yang membawa oksigen tidak dapat mencapai bagian otak.

Sel otak bisa rusak dan bisa mati jika dibiarkan tanpa oksigen bahkan untuk beberapa menit.

Stroke merupakan keadaan yang memerlukan perawatan medis segera, berpotensi mematikan, dan dapat memengaruhi beberapa bagian tubuh setelah kejadian tersebut selesai.

Baca juga: 6 Efek Darah Tinggi pada Tubuh yang Layak Diantisipasi

Efek stroke pada tubuh

Melansir Health Line, gejala jangka panjang dan waktu pemulihan stroke akan bergantung pada area otak mana yang terpengaruh.

Berikut ini adalah beberapa efek stroke pada tubuh yang baik dipahami:

1. Sistem pernapasan

Kerusakan pada area otak yang mengontrol proses makan dan menelan dapat menyebabkan Anda mengalami masalah dengan fungsi-fungsi ini. Kondisi ini disebut disfagia.

Disfagia adalah gejala umum setelah stroke.

Untungnya, kondisi ini sering kali dapat membaik seiring berjalannya waktu.

Jika otot di tenggorokan, lidah, atau mulut Anda tidak dapat mengarahkan makanan ke kerongkongan, makanan dan cairan dapat masuk ke saluran napas dan mengendap di paru-paru.

Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi dan pneumonia.

Stroke yang terjadi di batang otak, di mana fungsi vital tubuh Anda dikontrol, seperti untuk pernapasan, detak jantung, dan suhu tubuh juga dapat menyebabkan masalah pernapasan.

Jenis stroke ini lebih mungkin menyebabkan koma atau kematian.

Baca juga: 3 Penyebab Pneumonia yang Perlu Diwaspadai

2. Sistem saraf

Sistem saraf terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan saraf di seluruh tubuh.

Sistem ini mengirimkan sinyal bolak-balik dari tubuh ke otak.

Saat mengalami kerusakan, otak tidak menerima pesan-pesan ini dengan benar.

Anda mungkin merasakan sakit lebih dari biasanya atau saat melakukan aktivitas rutin yang tidak menyakitkan sebelum mengidap stroke.

Perubahan persepsi ini terjadi karena otak mungkin tidak memahami sensasi, seperti hangat atau dingin seperti dulu.

Perubahan dalam fungsi penglihatan bisa terjadi jika bagian otak yang berkomunikasi dengan mata rusak.

Masalah-masalah ini bisa termasuk kehilangan penglihatan, kehilangan bidang penglihatan, dan masalah menggerakkan mata.

Baca juga: Glaukoma: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah

Dalam kasus stroke, mungkin juga ada masalah pemrosesan yang berarti otak tidak mendapatkan informasi yang benar dari mata.

Stroke juga bisa memengaruhi saraf pada bagian tubuh lain.

Foot drop adalah jenis kelemahan atau kelumpuhan umum yang membuat kaki bagian depan sulit diangkat.

Foot drop dapat menyebabkan Anda menyeret jari-jari kaki di sepanjang tanah saat berjalan atau menekuk lutut untuk mengangkat kaki lebih tinggi agar tidak menyeret.

Masalah ini biasanya disebabkan oleh kerusakan saraf dan dapat membaik dengan rehabilitasi.

Ada beberapa tumpang tindih antara area otak dan fungsinya.

Kerusakan otak bagian depan dapat menyebabkan perubahan kecerdasan, gerakan, logika, ciri kepribadian, dan pola berpikir.

Sementara, kerusakan pada sisi kanan otak dapat menyebabkan hilangnya rentang perhatian, masalah fokus dan memori, serta kesulitan mengenali wajah atau objek meskipun mereka sudah familiar. Itu juga dapat mengakibatkan perubahan perilaku, seperti impulsif, ketidaksesuaian, dan depresi.

Baca juga: 4 Efek Kolesterol Tinggi pada Tubuh yang Layak Diantisipasi

Sedangkan, kerusakan otak sisi kiri dapat menyebabkan kesulitan berbicara dan memahami bahasa, masalah memori, kesulitan bernalar, pengorganisasian, berpikir matematis atau analitis, dan perubahan perilaku.

Setelah stroke, Anda juga berisiko lebih tinggi mengalami kejang.

Hal ini sering kali bergantung pada ukuran stroke, lokasi, dan tingkat keparahannya.

Sebuah studi menunjukkan 1 dari 10 orang dapat mengalami kejang setelah stroke.

3. Sistem sirkulasi

Stroke sering kali disebabkan oleh masalah yang ada dalam sistem peredaran darah yang menumpuk dari waktu ke waktu.

Hambatan ini sering kali disebabkan oleh komplikasi yang berkaitan dengan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, dan diabetes.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Orang Dewasa?

Secara umum, stroke dapat disebabkan oleh pecahnya salah satu arteri dalam otak yang memicu pendarahan atau dikenal sebagai stroke hemoragik, dan aliran darah yang tersumbat atau disebut stroke iskemik.

Stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum terjadi, yakni dilaporkan menyebabkan hampir 90 persen dari semua stroke.

Jika Anda pernah mengalami stroke, Anda berisiko lebih tinggi mengalami stroke kedua atau serangan jantung.

Untuk mencegah stroke lagi, dokter biasanya akan merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti makan sehat dan lebih aktif secara fisik.

Dokter mungkin juga meresepkan obat-obatan untuk dikonsumsi.

Dokter juga akan merekomendasikan untuk mendapatkan kendali yang lebih baik atas masalah kesehatan yang sedang berlangsung seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, atau diabetes.

Jika Anda merokok, Anda akan didorong untuk berhenti.

4. Sistem otot

Bergantung pada area otak mana yang rusak, stroke dapat berdampak pada berbagai kelompok otot yang berbeda.

Baca juga: 14 Penyebab Badan Pegal-pegal Saat Bangun Tidur

Perubahan ini dapat berkisar dari besar hingga kecil, dan biasanya memerlukan rehabilitasi untuk meningkatkannya.

Stroke biasanya mempengaruhi satu sisi otak.

Otak bagian kiri mengontrol bagian kanan tubuh dan bagian kanan otak mengontrol bagian kiri tubuh.

Jika terjadi banyak kerusakan pada otak sisi kiri, Anda dapat mengalami kelumpuhan pada tubuh sisi kanan.

Jika pesan tidak dapat menyebar dengan baik dari otak ke otot tubuh, ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kelemahan otot.

Otot yang lemah mengalami kesulitan menopang tubuh, yang cenderung menambah masalah gerakan dan keseimbangan.

Merasa lebih lelah dari biasanya adalah gejala umum setelah stroke. Itu disebut kelelahan pascastroke.

Anda mungkin perlu lebih banyak beristirahat setelah melakukan aktovitas dan rehabilitasi.

Baca juga: 11 Gejala Gula Darah Rendah yang Perlu Diwaspadai

5. Sistem pencernaan

Selama pemulihan awal stroke, Anda biasanya tidak akan dapat seaktif biasanya.

Anda mungkin juga menggunakan obat yang berbeda.

Sembelit adalah efek samping umum dari beberapa obat penghilang rasa sakit, tidak minum cukup cairan, atau tidak aktif secara fisik.

Stroke mungkin juga memengaruhi bagian otak yang mengontrol usus Anda.

Hal ini pun dapat menyebabkan inkontinensia, yang berarti hilangnya kendali atas fungsi usus besar.

Ini lebih sering terjadi pada tahap pemulihan awal dan sering meningkat seiring waktu.

6. Sistem urinari atau perkemihan

Kerusakan akibat stroke dapat pula menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan otot yang mengontrol kandung kemih.

Baca juga: 10 Penyebab Mengompol pada Orang Dewasa

Jika ini terjadi, Anda mungkin perlu lebih sering ke kamar mandi atau buang air kecil saat tidur (mengompol), saat batuk, atau tertawa.

Seperti inkontinensia usus, ini biasanya merupakan gejala awal yang dapat membaik seiring waktu.

7. Sistem reproduksi

Stroke tidak secara langsung mengubah cara kerja sistem reproduksi Anda.

Tapi, stroke dapat mengubah bagaimana Anda merasakan seks dan perasaan Anda tentang tubuh.

Depresi, penurunan kemampuan berkomunikasi, dan pengobatan tertentu juga dapat menurunkan garirah Anda untuk melakukan aktivitas seksual akibat stroke.

Salah satu masalah fisik yang dapat memengaruhi kehidupan seks Anda adalah kelumpuhan.

Melakukan aktivitas seksual masih memungkinkan, tetapi Anda dan pasangan kemungkinan besar perlu melakukan penyesuaian.

Mengingat dampaknya, stroke kiranya tak bisa dianggap remah.

Kesempatan terbaik untuk mengurangi kerusakan akibat stroke adala mendapatkan perawatan medis secepat mungkin.

Baca juga: 5 Buah yang Bagus untuk Kesehatan Otak

Faktor risiko stroke yang perlu dikenali

Melansir Mayo Clinic, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke pada seseorang.

Ini mungkin termasuk:

(Faktor risiko gaya hidup)

  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Ketidakaktifan fisik
  • Minum alkohol berat atau pesta minuman keras
  • Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin

(Faktor risiko medis)

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Merokok atau menjadi perokok pasif
  • Kolesterol tinggi
  • Diabetes
  • Sleep apnea obstruktif
  • Penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, cacat jantung, infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal, seperti fibrilasi atrium
  • Riwayat stroke pribadi atau keluarga, serangan jantung, atau serangan iskemik transien
  • Infeksi covid-19

Sementara itu, berikut ini adalah beberapa faktor lain terkait dengan risiko stroke yang lebih tinggi:

  • Usia - Orang yang berusia 55 atau lebih memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke daripada orang yang lebih muda.
  • Jenis Kelamin - Pria memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan wanita. Wanita biasanya lebih tua ketika mereka mengalami stroke, dan mereka lebih mungkin meninggal karena stroke daripada pria
  • Hormon - Penggunaan pil KB atau terapi hormon yang mengandung estrogen meningkatkan risiko

Baca juga: Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Tubektomi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com