KOMPAS.com – Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di dunia, termasuk di Indonesia, setelah katarak.
Siapa saja dapat terkena glaukoma dan seringkali muncul tanpa gejala, sehingga tidak dirasakan atau disadari oleh penderita.
Kerusakan saraf mata yang ditandai dengan penyempitan lapangan pandang yang progresif dan kebutaan permanen dapat terjadi jika glaukoma tidak segera atau terlambat diobati.
Baca juga: Sinusitis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Melansir Mayo Clinic, glaukoma terjadi akibat kerusakan pada saraf optik.
Saat saraf ini secara bertahap memburuk, bintik-bintik buta berkembang di bidang penglihatan.
Karena alasan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh dokter, kerusakan saraf optik biasanya terkait dengan peningkatan tekanan pada mata.
Tekanan mata yang meningkat disebabkan oleh penumpukan cairan (aqueous humor) yang mengalir ke seluruh bagian dalam mata.
Cairan internal ini biasanya mengalir keluar melalui jaringan yang disebut trabecular meshwork pada sudut pertemuan iris dan kornea.
Ketika cairan kelebihan produksi atau sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, cairan tidak dapat mengalir keluar dengan kecepatan normal dan tekanan mata meningkat.
Pada kondisi normal, tekanan bola mata berkisar antara 10-20 mmHG yang dapat diukur dengan alat tonometry.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.