Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Glaukoma: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah

Kompas.com - 16/09/2020, 09:43 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di dunia, termasuk di Indonesia, setelah katarak.

Siapa saja dapat terkena glaukoma dan seringkali muncul tanpa gejala, sehingga tidak dirasakan atau disadari oleh penderita.

Kerusakan saraf mata yang ditandai dengan penyempitan lapangan pandang yang progresif dan kebutaan permanen dapat terjadi jika glaukoma tidak segera atau terlambat diobati.

Baca juga: Sinusitis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Penyebab glaukoma

Melansir Mayo Clinic, glaukoma terjadi akibat kerusakan pada saraf optik.

Saat saraf ini secara bertahap memburuk, bintik-bintik buta berkembang di bidang penglihatan.

Karena alasan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh dokter, kerusakan saraf optik biasanya terkait dengan peningkatan tekanan pada mata.

Tekanan mata yang meningkat disebabkan oleh penumpukan cairan (aqueous humor) yang mengalir ke seluruh bagian dalam mata.

Cairan internal ini biasanya mengalir keluar melalui jaringan yang disebut trabecular meshwork pada sudut pertemuan iris dan kornea.

Ketika cairan kelebihan produksi atau sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, cairan tidak dapat mengalir keluar dengan kecepatan normal dan tekanan mata meningkat.

Pada kondisi normal, tekanan bola mata berkisar antara 10-20 mmHG yang dapat diukur dengan alat tonometry.

Sedangkan pada kondisi glaukoma, tekanan bola mata meningkat di atas 21 mmHg.

Baca juga: 13 Makanan yang Mengandung Vitamin A Tinggi

Karena bentuk kronis glaukoma dapat merusak penglihatan sebelum tanda atau gejala terlihat, waspadalah terhadap faktor risiko penyebab glaukoma berikut:

  • Memiliki tekanan di dalam bola mata atau tekanan intraokular (TIO) yang tinggi
  • Memiliki riwayat keluarga glaukoma
  • Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan anemia sel sabit
  • Memiliki kornea yang tipis di bagian tengah
  • Mengalami rabun jauh (pemakai kacamata minus)
  • Pernah mengalami cedera mata atau jenis operasi mata tertentu
  • Minum obat kortikosteroid, terutama obat tetes mata, untuk waktu yang lama
  • Berusia di atas 45 tahun
  • Bayi baru lahir dengan bentuk atau ukuran bola mata dan kornea besar (glaucoma congenital)

Baca juga: 14 Makanan yang Mengandung Vitamin C Tinggi

Gejala glaukoma

Ketidakseimbangan antara produksi cairan aqueous humor yang berlebihan atau pengeluaran yang terhambat menyebabkan terjadinya akumulasi cairan di dalam mata serta peningkatan TIO.

Peningkatan TIO yang berkesinambungan dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan saraf penglihatan secara perlahan dan tanpa gejala nyata sehingga tidak disadari maupun dirasakan oleh penderita.

Oleh karena itu, glaukoma kerap dijuluki juga sebagai “Si Pencuri Penglihatan”.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau