Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gejala Inkonsistensia Urine pada Pasien Parkinson

Kompas.com - 23/04/2021, 06:14 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com- Penyakit Parkinson adalah kelainan sistem saraf progresif yang memengaruhi gerakan.

Selain itu, gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini kerap memengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya.

Salah satu gejala penyakit Parkinson yang dapat berdampak besar pada kualitas hidup adalah inkontinensia urin.

Gejala ini membuat pasien tidak dapat mengontrol buang air kecil sepenuhnya.

Hal ini disebabkan terganggunya komunikasi antara otak dan kandung kemih akibat kadar dopamin yang rendah.

Jenis inkontinensia urin yang sering dialami pasien Parkinson adalah inkontinensia urgensi dan nokturia.

Baca juga: 7 Sayuran untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Inkontinensia urgensi terjadi ketika seseorang mendapatkan kebutuhan mendesak untuk buang air kecil, tetapi tidak dapat mengendalikan diri untuk buang air kecil sebelum mereka pergi ke toilet.

Sementara itu, nokturia adalah kebutuhan yang sering tidak normal untuk bangun dan buang air kecil pada malam hari saat Anda tidur.

Seperti yang dapat dibayangkan, inkontinensia urin dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan sosial seseorang.

Tidak jarang orang-orang seperti itu mengalami perasaan malu, isolasi sosial, kesepian dan kehilangan kendali, serta masalah citra tubuh.

Kurangnya kemampuan mengontrol buang air kecil akan menyebabkan mereka membatasi aktivitas sosialnya di luar rumah karena takut mengompol secara tidak sengaja sehingga mengakibatkan isolasi sosial dan kesepian.

Mereka juga cenderung mengurangi atau berhenti berolahraga karena olahraga berdampak tinggi dapat menyebabkan kebocoran urin tanpa disengaja.

Masalah ini semakin diperparah ketika orang tersebut juga berjuang dengan gejala penyakit Parkinson lainnya, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Inkontinensia urin juga bisa sulit untuk ditangani oleh perawat.

Menangani inkonsistensia urin

Untungnya, inkontinensia urin adalah kondisi yang dapat ditangani.

Sebagai permulaan, pasien dapat “melatih” kandung kemihnya dengan rutin pergi ke toilet.

Mereka harus menghindari minum minuman apa pun sejak dua jam sebelum tidur, serta meminimalkan asupan kafein, minuman memicu gas, dan alkohol karena dapat merangsang produksi urin.

Baca juga: Memahami Faktor Risiko dan Gejala Depresi Pascapersalinan Pada Pria

Mengenakan pakaian yang memiliki lebih sedikit kancing atau ritsleting, dan dapat dengan mudah dilepas dengan cepat, juga dapat membantu pasien Parkinson yang berjuang dengan gejala inkontinensia urin.

Selain itu, terdapat berbagai produk yang tersedia bagi penderita inkontinensia urin untuk membantu mengelola kondisinya.

Produk tersebut bisa berupa bantalan tempat tidur, pelindung kasur, sarung inkontinensia pria atau popok untuk orang dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com