Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Empathy Fatigue yang Rawan Terjadi di Masa Pandemi Covid-19

Kompas.com - 27/06/2021, 15:11 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com- Empati pada seseorang merupakan hal yang baik. Namun, ada kalanya rasa empati tersebut justru membuat kita merasa lelah.

Kondisi inilah yang disebut dengan empathy fatigue atau compassion Fatigue.

Sebenarnya, apa itu empathy fatigue dan apa dampaknya dalam kehidupan?

Baca juga: Usai Dapat Vaksin, Bisakah Kita Bebas Makan di Restoran?

Mengenal fenomena empathy fatigue

Emphaty fatigue atau kelelahan empati adalah ketidakmampuan seseorang untuk peduli.

Hal ini adalah konsekuensi negatif dari paparan berulang terhadap peristiwa stres atau traumatis, yang memengaruhi sisi emosional atau fisik kita.

Kelelahan empati juga bisa memicu gejala berikut:

  • Mengisolasi diri dari orang lain.
  • Merasa mati rasa.
  • Kurangnya energi untuk peduli dengan hal-hal lain di sekitar Anda.
  • Merasa kewalahan, tidak berdaya atau putus asa.
  • Tidak mampu berhubungan dengan orang lain.
  • Merasa marah, sedih atau tertekan.
  • Muncul pikiran obsesif tentang penderitaan orang lain.
  • Merasa tegang atau gelisah.
  • Merasa tidak bisa berkata-kata atau tidak dapat menanggapi dengan tepat apa yang terjadi di sekitar Anda.
  • Menyalahkan diri sendiri.

Kelelahan empati juga bisa memicu gejala fisik seperti:

  • Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, menjadi produktif atau menyelesaikan tugas sehari-hari.
  • Sakit kepala.
  • Mual atau sakit perut.
  • Kesulitan tidur.
  • Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol.
  • Konflik dalam hubungan.
  • Perubahan selera makan.
  • Merasa lelah sepanjang waktu.
  • Menghindari pekerjaan atau aktivitas lainnya.

“Kelelahan empati adalah kelelahan emosional dan fisik yang terjadi karena merawat orang dari hari ke hari, hari demi hari, hari demi hari," ucap Susal Albers, psikolog klinis dari Cleveland Clinic.

Kelelahan empati adalah mekanisme pertahanan. Hal ini juga bagian dari cara tubuh bahwa Anda juga perlu memperhatikan dan mengambil langkah untuk merawat diri sendiri.

Kelelahan empati dan Covid-19

Kelelahan empati juga dianggap sebagai gangguan stres traumatis sekunder. Hal ini adalah jenis stres yang datang karena membantu orang hari demi hari.

Stres dan kesulitan dari apa yang Anda alami, lihat, dan rasakan juga bisa membebani Anda.

“Ketika kita berada di bawah stres hari demi hari, itu seperti tetesan kortisol yang terus-menerus mengalir ke otak kita,” kata Dr. Albers.

Fenomena inilah yang sedang terjadi di saat pandemi, terutama di kalangan tenaga kerja kesehatan.

Tenaga kerja kesehatan menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

Setiap hari mereka harus membantu dan menyaksikan orang-orang yang bertarung nyawa akibat infeksi Covid-19.

Baca juga: Kenali Risiko Covid-19 pada Ibu Hamil

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau