KOMPAS.com - Beberapa pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) yang menjalani dialisis mungkin melihat beberapa perubahan yang tidak menyenangkan pada kulit mereka.
Tiga kondisi kulit yang terkadang mempengaruhi mereka yang menjalani dialisis termasuk gatal (pruritus), kulit kering (xerosis), dan perubahan warna kulit (hiperpigmentasi).
Ada berbagai penyebab yang melatarbelakangi masalah tersebut, berikut penjelasan lengkapnya.
Baca juga: Mengenal Efek Samping Cuci Darah pada Penderita Gagal Ginjal
Sebagian besar pasien dialisis, baik yang melakukan hemodialisis atau dialisis peritoneal (PD), mungkin mengalami gatal-gatal di beberapa bagian tubuhnya.
Beberapa merasa gatal sepanjang waktu, sementara yang lain gatal akan datang dan pergi.
Banyak yang mengatakan gatal lebih buruk selama atau setelah perawatan.
Bagi sebagian orang, gatal hanya di satu area, sementara yang lain merasa gatal di seluruh tubuh.
Penyebab umum gatal adalah tingginya tingkat fosfor dalam tubuh.
Karena dialisis tidak efektif menghilangkan fosfor, diet ginjal yang membatasi makanan tinggi fosfor diresepkan.
Selain itu, mengonsumsi pengikat fosfor setiap kali makan dan camilan dapat membantu.
Cobalah untuk mempertahankan tingkat fosfor pada 5,5 atau kurang.
Selain itu, tetap menjalani dialisis untuk waktu perawatan penuh juga dianjurkan karena dapat menghilangkan beberapa fosfor serta limbah dan racun lainnya.
Alergi dapat menyebabkan gatal.
Baca juga: Kapan Penderita Penyakit Ginjal Harus Cuci Darah?
Jika Anda melihat gatal-gatal terjadi pada awal perawatan dialisis, Anda mungkin memiliki alergi terhadap tabung darah, dialyzer (ginjal buatan), jenis heparin yang digunakan atau elemen lain yang terkait dengan perawatan.
Antihistamin, seperti Benadryl, digunakan untuk mengobati alergi dan membantu meredakan gatal.
Krim yang mengandung capsaicin, witch hazel, lanolin atau kamper juga dapat meredakan gatal.
Beberapa orang melaporkan bahwa mendapatkan perawatan sinar matahari atau sinar ultraviolet (UV) untuk membantu mengurangi rasa gatal.
Tanyakan kepada dokter Anda sebelum mencoba metode atau produk anti-gatal apa pun.
Kulit kering juga merupakan kondisi umum untuk pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD).
Gagal ginjal dapat membuat perubahan pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi kering.
Kulit kering dapat menyebabkan infeksi dan dapat menyebabkan luka kulit sembuh lebih lambat dari yang seharusnya.
Kulit kering juga bisa menyebabkan gatal.
Untuk mencegah atau merawat kulit kering, hindari mandi air panas atau berendam dalam waktu lama.
Baca juga: Cuci Darah: Pengertian, Proses, Efek Samping
Selain itu, cari sabun yang memiliki bahan alami dan murni tanpa pewangi dan bahan kimia yang keras.
Sabun pelembab untuk kulit sensitif bisa menjadi pilihan yang baik.
Ada juga produk untuk mandi yang dibuat dengan oatmeal yang dibuat untuk kulit kering dan gatal yang dapat ditemukan di toko obat.
Oleskan gel, losion, atau krim pelembab dengan kandungan air tinggi ke tubuh segera setelah mandi, saat kulit masih lembap.
Hindari krim atau losion yang mengandung alkohol.
Tanyakan kepada dokter atau apoteker Anda tentang perawatan kulit kering yang tersedia.
Banyak kasus yang dilaporkan tentang perubahan warna kulit, atau hiperpigmentasi, terjadi pada pasien cuci darah.
Salah satu penyebab perubahan warna kulit terkait dengan pigmen yang disebut urokrom yang tertahan di kulit.
Biasanya ini diekskresikan oleh ginjal yang sehat.
Baca juga: Benarkah Konsumsi Daging Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal?
Pasien dengan kondisi ini cenderung memiliki warna kulit keabu-abuan, hampir berwarna metalik.
Perubahan warna lain disebut uremik frost.
Ini adalah zat putih seperti tepung yang tertinggal di permukaan kulit setelah keringat mengering.
Kondisi ini dapat dicegah dengan mendapatkan dialisis yang memadai.