Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Gejala Inkontinensia Urine Berdasarkan Jenisnya

Kompas.com - 26/08/2021, 07:02 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Inkontinensia urine atau hilangnya kontrol kandung kemih merupakan masalah umum dan sering kali memalukan.

Melansir dari Mayo Clinic, tingkat keparahannya berkisar dari sesekali buang air kecil saat batuk atau bersin hingga keinginan untuk buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat sehingga mengompol.

Meskipun terjadi lebih sering seiring bertambahnya usia, inkontinensia urine bukanlah konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan.

Baca juga: Kanker Kandung Kemih: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

 

Jika inkontinensia urine mempengaruhi aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk menemui dokter.

Bagi kebanyakan orang, gaya hidup sederhana dan perubahan pola makan atau perawatan medis dapat mengobati gejala inkontinensia urine.

Gejala inkontinensia urine dapat bergantung pada jenis unkontinensia yang dialami.

Berikut ini beberapa jenis inkontinensia urine beserta gejala yang menyertainya.

  • Inkontinensia stres. Urine bocor saat menekan kandung kemih dengan batuk, bersin, tertawa, berolahraga atau mengangkat sesuatu yang berat.
  • Inkontinensia mendesak. Seseorang memiliki keinginan yang tiba-tiba dan kuat untuk buang air kecil diikuti dengan keluarnya urine yang tidak disengaja. Seseorang mungkin perlu sering buang air kecil, termasuk sepanjang malam. Inkontinensia mendesak dapat disebabkan oleh kondisi kecil, seperti infeksi, atau kondisi yang lebih parah seperti gangguan neurologis atau diabetes.
  • Inkontinensia overflow. Seseorang mungkin sering atau terus-menerus meneteskan air seni karena kandung kemih yang tidak kosong sepenuhnya.
  • Inkontinensia fungsional. Gangguan fisik atau mental membuat seseorang tidak bisa ke toilet tepat waktu. Misalnya, penderita radang sendi yang parah mungkin tidak dapat membuka kancing celana dengan cukup cepat.
  • Inkontinensia campuran. Seseorang mengalami lebih dari satu jenis inkontinensia urine - paling sering ini mengacu pada kombinasi inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.

Penyebab inkontinensia urine

Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari, kondisi medis yang mendasari atau masalah fisik.

Evaluasi menyeluruh oleh dokter dapat membantu menentukan apa yang ada di balik inkontinensia urine.

Setidaknya, ada dua jenis inkontinensia urine, yakni inkontinensia urine sementara dan inkontinensia urine persisten.

Baca juga: Mengapa Wanita Lebih Rentan Alami Infeksi Saluran Kemih daripada Pria?

Inkontinensia urin sementara

Minuman, makanan, dan obat-obatan tertentu dapat bertindak sebagai diuretik yang merangsang kandung kemih dan meningkatkan volume urine. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Alkohol
  • Kafein
  • Minuman berkarbonasi dan air soda
  • Pemanis buatan
  • Cokelat
  • Cabai
  • Makanan yang tinggi rempah-rempah, gula atau asam, terutama buah jeruk
  • Obat jantung dan tekanan darah, obat penenang, dan relaksan otot
  • Vitamin C dosis besar

Inkontinensia urine juga dapat disebabkan oleh kondisi medis yang mudah diobati, seperti:

  • Infeksi saluran kemih. Infeksi dapat mengiritasi kandung kemih sehingga menyebabkan seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk buang air kecil dan, terkadang, inkontinensia.
  • Sembelit. Rektum terletak di dekat kandung kemih dan berbagi banyak saraf yang sama. Kotoran yang keras dan padat di rektum menyebabkan saraf ini menjadi terlalu aktif dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.

Inkontinensia urine persisten

Inkontinensia urine juga bisa menjadi kondisi persisten yang disebabkan oleh masalah atau perubahan fisik yang mendasarinya, termasuk:

  • Kehamilan. Perubahan hormon dan peningkatan berat janin dapat menyebabkan inkontinensia stres.
  • Persalinan. Persalinan pervaginam dapat melemahkan otot yang diperlukan untuk mengontrol kandung kemih. Kondisi ini daoar merusak saraf kandung kemih dan jaringan pendukung yang menyebabkan dasar panggul turun (prolaps). Dengan prolaps, kandung kemih, rahim, rektum atau usus kecil bisa terdorong ke bawah dari posisi biasanya dan menonjol ke dalam vagina. Tonjolan tersebut dapat dikaitkan dengan inkontinensia.
  • Perubahan seiring bertambahnya usia. Penuaan otot kandung kemih dapat menurunkan kapasitas kandung kemih untuk menyimpan urine. Selain itu, kontraksi kandung kemih yang tidak disengaja menjadi lebih sering seiring bertambahnya usia.
  • Menopause. Setelah menopause, wanita menghasilkan lebih sedikit estrogen, hormon yang membantu menjaga lapisan kandung kemih dan uretra tetap sehat. Kerusakan jaringan ini dapat memperburuk inkontinensia.
  • Pembesaran prostat. Terutama pada pria yang lebih tua, inkontinensia sering disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, suatu kondisi yang dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak.
  • Kanker prostat. Pada pria, inkontinensia stres atau inkontinensia urgensi dapat dikaitkan dengan kanker prostat yang tidak diobati. Tetapi lebih sering, inkontinensia adalah efek samping dari perawatan untuk kanker prostat.
  • Adanya sumbatan. Tumor di mana saja di sepanjang saluran kemih dapat menghalangi aliran normal urine, yang menyebabkan inkontinensia overflow. Batu saluran kemih - massa keras seperti batu yang terbentuk di kandung kemih - terkadang menyebabkan kebocoran urine.
  • Kelainan saraf. Multiple sclerosis, penyakit Parkinson, stroke, tumor otak atau cedera tulang belakang dapat mengganggu sinyal saraf yang terlibat dalam kontrol kandung kemih, menyebabkan inkontinensia urin.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau