KOMPAS.com - Inkontinensia urine atau hilangnya kontrol kandung kemih merupakan masalah umum dan sering kali memalukan.
Melansir dari Mayo Clinic, tingkat keparahannya berkisar dari sesekali buang air kecil saat batuk atau bersin hingga keinginan untuk buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat sehingga mengompol.
Meskipun terjadi lebih sering seiring bertambahnya usia, inkontinensia urine bukanlah konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan.
Baca juga: Kanker Kandung Kemih: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Jika inkontinensia urine mempengaruhi aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk menemui dokter.
Bagi kebanyakan orang, gaya hidup sederhana dan perubahan pola makan atau perawatan medis dapat mengobati gejala inkontinensia urine.
Gejala inkontinensia urine dapat bergantung pada jenis unkontinensia yang dialami.
Berikut ini beberapa jenis inkontinensia urine beserta gejala yang menyertainya.
Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari, kondisi medis yang mendasari atau masalah fisik.
Evaluasi menyeluruh oleh dokter dapat membantu menentukan apa yang ada di balik inkontinensia urine.
Setidaknya, ada dua jenis inkontinensia urine, yakni inkontinensia urine sementara dan inkontinensia urine persisten.
Baca juga: Mengapa Wanita Lebih Rentan Alami Infeksi Saluran Kemih daripada Pria?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.