KOMPAS.com - Obesitas merupakan masalah kesehatan yang harus dihadapi oleh banyak mantan atlet.
Permasalahan ini tidak hanya dihadapi oleh mantan atlet Indonesia, tetapi juga mantan atlet di berbagai negara.
Mantan atlet pesepak bola legendaris, Diego Maradona, misalnya.
Sejak memutuskan untuk gantung sepatu di usia 37 tahun, pesepak bola asal Argentina ini mengalami peningkatan berat badan yang cukup pesat.
Pria asal Argentina ini pun sempat menjalani operasi lambung karena obesitas yang dialaminya.
Di Indonesia, penelitian mengenai obesitas yang terjadi pada mantan atlet belum banyak dilakukan.
Baca juga: 5 Penyebab Obesitas yang Perlu Dipahami
Sebuah studi yang dilakukan oleh Nurfitranto dan Satria Bagdja Ijatna dalam jurnal Journal of Sport Coaching and Physical Education melaporkan bahwa 50 persen profil pelatih liga profesional futsal Indonesia tahun 2018-2019 mengalami kegemukan, termasuk mantan atlet yang jadi pelatih.
Melansir dari artikel berjudul "The Risk of Developing Obesity, Insulin Resistance, and Metabolic Syndrome in Former Power-sports Athletes - Does Sports Career Termination Increase the Risk" yang diterbitkan di Indian Journal Endocrinol Metabolism, mantan atlet memang berisiko tinggi mengalami obesitas.
Penelitian tersebut mencoba menilai risiko obesitas, resistensi insulin (IR), dan sindrom metabolik di antara mantan atlet olahraga kekuatan, dibandingkan dengan atlet aktif dan nonatlet dengan usia yang sama.
Penelitian yang dilakukan di Masyahad, Arab Saudi pada medio 2012 - 2014 tersebut melibatkan tiga kelompok, yakni atlet aktif berjumlah 34 orang, mantan atlet sebanyak 30 orang, dan non atlet sebanyak 30 orang.
Data demografi, antropometri, dan faktor biokimia dikumpulkan, termasuk low-density lipoprotein kolesterol (LDL-C), high-density lipoprotein kolesterol (HDL-C), kolesterol total, trigliserida (TG), glukosa plasma puasa, insulin, dan sensitivitas tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengabaikan olahraga, terutama mantan atlet, rentan mengalami obesitas dan resistensi insulin.
Meskipun resistensi insulin lebih tinggi tidak selalu mengakibatkan sindrom metabolik jangka pendek, kondisi ini dapat menyebabkan sindrom metabolik jangka panjang.
Kemudian, penelitian yang lebih baru berjudul "Are Former Athletes Protected Against Obesity after Retirement?" mencoba menilai prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada pensiunan atlet di Arab Saudi.
Studi tersebut melibatkan 70 mantan atlet yang berusia 20 hingga 60 tahun.