Ketika tidak dihilangkan secara memadai, plak dapat mengeras menjadi kalkulus atau karang gigi di dasar gigi dekat gusi.
Karang gigi kebanyakan memiliki warna kekuningan. Kalkulus ini hanya dapat dihilangkan oleh dokter gigi.
Plak dan karang gigi pada akhirnya bisa mengiritasi gusi, menyebabkan peradangan gusi di sekitar pangkal gigi. Ini berarti gusi menjadi mudah berdarah.
Perubahan hormon apat terjadi selama masa pubertas, menopause, siklus menstruasi, dan kehamilan.
Gingiva mungkin menjadi lebih sensitif, meningkatkan risiko peradangan.
Kanker, diabetes, dan HIV terkait dengan risiko gingivitis yang lebih tinggi.
Kesehatan mulut dapat dipengaruhi oleh beberapa obat, terutama jika aliran air liur berkurang. Dilantin, antikonvulsan, dan beberapa obat anti-angina dapat menyebabkan pertumbuhan jaringan gusi yang tidak normal.
Baca juga: 6 Cara Mencegah Penumpukan Plak Gigi yang Bisa Sebabkan Gigi Berlubang
Perokok lebih sering mengalami radang gusi dibandingkan dengan orang yang memilih tidak merokok.
Risiko seseorang terkena radang gusi dilaporkan meningkat seiring bertambahnya usia.
Kekurangan vitamin C misalnya, telah dikaitkan sebagai salah satu faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit gusi.
Orang-orang yang orang tuanya menderita gingivitis dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan kesehatan mulut dan gigi ini.
Hal itu diduga karena jenis bakteri yang bisa diperoleh seseorang selama masa-masa awal kehidupan.
Baca juga: 9 Cara Mengobati Sakit Gigi Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.