Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kecemasan Dapat Memperburuk Asam Lambung?

Kompas.com - 25/12/2021, 18:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Refluks asam dan kecemasan mungkin memiliki hubungan yang erat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dapat memperburuk gejala refluks asam.

Kecemasan dan stres juga dapat menjadi faktor penyebab refluks asam dalam beberapa kasus.

Sebaliknya, refluks asam bisa membuat stres dan dapat menyebabkan kecemasan pada beberapa orang.

Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Melansir dari Medical News Today, refluks asam terjadi ketika asam dari lambung bocor kembali ke pipa makanan, atau kerongkongan.

Ini adalah gejala umum penyakit refluks gastroesofageal (GERD).

Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab GERD pada Bayi dan Anak

Stres dapat memperburuk gejala refluks asam dan kecemasan adalah respons alami terhadap stres dalam tubuh.

Paradoksnya, mengalami kecemasan juga bisa membuat stres, yang dapat melanjutkan siklus.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa stres dan kecemasan dapat memicu refluks asam atau memperburuk gejala.

Misalnya, studi tahun 2018 berjudul "Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study" yang melibatkan lebih dari 19.000 orang menemukan bahwa mereka yang mengalami kecemasan lebih mungkin mengalami gejala GERD.

Para peneliti menyarankan beberapa kemungkinan alasan fisik untuk ini:

  • Kecemasan dapat mengurangi tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah yang merupakan pita otot yang menjaga lambung tetap tertutup dan mencegah asam bocor ke kerongkongan.
  • Respons stres dan kecemasan dapat menyebabkan ketegangan otot yang bertahan lama. Jika ini mempengaruhi otot-otot di sekitar perut, itu bisa meningkatkan tekanan pada organ ini dan mendorong asam ke atas.
  • Tingkat kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan produksi asam lambung.

Dalam beberapa kasus, orang dengan kecemasan yang memiliki jumlah episode refluks asam yang sama dengan orang tanpa kecemasan menilai episode ini lebih parah.

Penulis sebuah studi di Clinical Gastroenterology and Hepatology juga menemukan bahwa di antara orang-orang dengan GERD, gejalanya lebih parah pada mereka yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi.

Ilmuwan juga mencatat bahwa GERD dapat menjadi sumber utama stres dan kecemasan bagi orang-orang.

Pada tahun 2019, peneliti mencatat bahwa penderita GERD yang mengalami nyeri dada mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.

Baca juga: Apa Beda Nyeri Dada karena GERD dan Serangan Jantung?

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memungkinkan lingkaran setan berkembang.

GERD dapat menyebabkan stres dan kecemasan, tetapi tingkat stres dan kecemasan juga berkontribusi terhadap GERD.

 

Oleh karena itu, penanganan secara fisik dan psikologis sangat penting untuk mengatasi gejala yang mungkin muncul.

Faktor lain yang dapat menyebabkan refluks asam meliputi:

  • makan sebelum tidur
  • makan makanan besar atau berlemak
  • termasuk makanan pedas dalam makanan
  • mengalami obesitas
  • mengonsumsi alkohol
  • merokok

Penanganan dan pencegahan

Banyak orang menghadapi refluks asam sesekali dan merasa cemas dari waktu ke waktu ketika mereka menghadapi situasi stres.

Ketika salah satu atau kedua gejala menjadi kejadian biasa, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengobati atau mencegahnya.

Selain itu, karena gejala refluks asam dan kecemasan dapat memperburuk satu sama lain, mengambil tindakan cepat dapat membantu mencegah siklus ini berkembang.

Baca juga: 10 Penyebab GERD yang Umum Terjadi

Orang mungkin dapat meredakan gejala GERD menggunakan satu atau lebih metode, termasuk:

  • menemukan dan menghilangkan makanan yang memicu gejala
  • menghindari makanan yang sangat berlemak
  • makan selambat-lambatnya 2-3 jam sebelum tidur
  • dokter juga akan meresepkan beberapa obat sesuai kebutuhan

Dokter juga dapat merekomendasikan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi atau mencegah kecemasan, termasuk:

  • menghadiri sesi terapi perilaku kognitif (CBT) reguler
  • mengurangi asupan kafein
  • menghindari penggunaan narkoba dan alkohol untuk rekreasi
  • terlibat dalam teknik menghilangkan stres, seperti yoga, meditasi, atau tai chi
  • minum obat yang diresepkan oleh dokter, seperti serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI) atau benzodiazepin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau