Mengutip Everyday Health, para peneliti menemukan bahwa kekerasan seksual berkorelasi dengan peningkatan insiden penyakit kardiovaskular di usia paruh baya.
Waktu terjadinya kekerasan memainkan peran, di mana efek yang lebih besar terlihat pada mereka yang mengalami kekerasan seksualnya pada masa kanak-kanak.
Dalam sebuah penelitian pada 145 wanita (usia rata-rata 59) sekitar 68 persen di antaranya mengalami setidaknya satu trauma kekerasan seksual, ditemukan hiperintensitas materi putih (WMH) saat otaknya dicitrakan.
WMH adalah penanda penyakit pembuluh darah kecil otak, dan dapat dideteksi beberapa dekade sebelum serangan stroke, demensia, dan gangguan lainnya.
Padahal, tidak memiliki keluhan atau bukti medis terhadap stroke, demensia, atau tanda-tanda lain dari masalah pembuluh darah.
Baca juga: 4 Jenis Disfungsi Seksual yang Bisa Terjadi Pada Pria dan Wanita
Wanita dengan paparan trauma, terutama untuk kekerasan seksual, ditemukan secara substansial volume WMH semakin meningkat dibandingkan dengan wanita tanpa trauma.
Volume WMH meningkat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, seperti PTSD atau depresi.
Dr Thurston mengatakan temuan WMH menunjukkan bahwa pemerkosaan dapat menempatkan wanita pada risiko kesehatan otak yang buruk di kemudian hari.
"Dan wanita yang memiliki riwayat penyerangan seksual memerlukan peningkatan kewaspadaan untuk mengurangi risiko stroke dan demensia,” kata Dr Thurston.
Dokter harus mempertimbangkan riwayat pemerkosaan ketika mempertimbangkan risiko stroke atau demensia seorang wanita dengan menanyakan tentang riwayat tersebut.
Namun, dokter juga harus memahami bahwa "pasien mungkin membutuhkan waktu dan kepercayaan sebelum mengungkapkan riwayat ini," kata Dr Thurston.
Allison E Gaffey, rekan peneliti tentang perilaku kardiovaskular di Yale School of Medicine mengatakan bahwa sudah terbukti memberi tahu ahli jantung tentang riwayat trauma dapat membantu dokter memantau kesehatan kardiovaskular dengan lebih baik.
“Ahli jantung memahami bahwa risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada wanita muncul dari faktor tradisional dan nontradisional,” kata Dr Gaffey.
Mengungkapkan riwayat trauma kekerasan seksual “dapat membantu penyedia layanan kesehatan untuk lebih memahami risiko seorang wanita.”
Pengungkapan tersebut juga dapat memungkinkan seorang wanita untuk menerima perawatan yang lebih sensitif terhadap trauma selama pemeriksaan fisik, serta mendapatkan rujukan yang diinginkan untuk kesehatan mental atau layanan lain.
Baca juga: Manfaat Buang Air Kecil setelah Berhubungan Seksual untuk Wanita
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.