Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Penanganan Anak Autisme dengan Structured Teaching

Kompas.com - 22/02/2022, 11:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sistem kerja dikenal juga sebagai “to do list”, digunakan di samping jadwal harian untuk mengatur struktur setiap aktivitas tertentu.

Sistem kerja dibutuhkan untuk menjelaskan atau menyampaikan tuntutan spesifik dari suatu tugas.

Sistem kerja bertujuan memberikan informasi pada anak dengan ASD akan tugas apa yang harus dilakukan, berapa banyak yang perlu dikerjakan, berapa lama aktivitas akan berlangsung.

Kemudian bagaimana mengetahui aktivitas tersebut telah selesai dan apa yang harus dilakukan setelah aktivitas tersebut selesai.

TEACCH merupakan salah satu intervensi pertama yang dirancang bagi anak dengan ASD (Sandbank et al., 2020) dan salah satu pendekatan paling comprehensive yang digunakan dalam intervensi pada anak dengan ASD (Humphrey & Parkinson, dalam Braiden et al., 2012).

Dalam menggunakan pendekatan structured teaching, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi para praktisi dan orangtua agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Pertama adalah orangtua dan praktisi/professional perlu memahami ‘culture of autism’ yang dimiliki oleh anak. Setiap anak memiliki keunikan dan kebutuhan masing-masing.

Kedua, penggunaan pendekatan ini memerlukan kerjasama dari seluruh pihak yang terkait dengan anak, seperti anggota keluarga inti, pihak sekolah, terapis, caregiver dan pihak-pihak yang terlibat langsung dengan anak.

Ketiga, untuk mendapatkan hasil maksimal perlu menerapkan pendekatan ini secara menyeluruh, yaitu keempat elemen kunci.

Terakhir, paling tidak intensitas dalam melakukan intervensi menggunakan standart dari low intensity, dengan melakukan intervensi 20 jam seminggu selama 2 tahun secara konsisten dan persisten, untuk dapat melihat keefektifan secara maksimal.

*Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psi, Dosen dan Sekprodi S2 Fakultas Psikologi
*Noni, Mahasiswa S2 Fakultas Psikologi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau