Semua siswa memiliki berat badan yang sehat dan mengonsumsi makanan yang lebih sehat dari rata-rata.
Mereka kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok diet Barat dan kelompok kontrol.
Baca juga: Kenali Dampak Junk Food terhadap Penderita Diabetes
Untuk kelompok diet Barat, mereka diberi sarapan yang terdiri dari sandwich panggang dan milkshake, yang tinggi lemak dan gula.
Kemudian, hari ke-2 dan ke-7, mereka diminta sarapan dengan makan 2 wafel Belgia selama 4 hari.
Selanjutnya, diberi makan makanan utama dan makanan/minuman penutup dari rantai makanan cepat saji pada 2 hari lainnya.
Di sisi lain, kelompok kontrol diberikan milkshake rendah lemak, rendah gula, dan sandwich panggang pada hari pertama.
Selama sisa masa studi, mereka diminta untuk mengonsumsi makanan biasa mereka.
Kemudian, kedua kelompok tersebut dites tentang keinginan dan kesukaan, serta tes pembelajaran verbal Hopkins untuk keterampilan belajar dan memori.
Para peneliti juga meminta para peserta untuk membuat catatan harian tentang asupan makanan mereka, dan mereka mengumpulkan pengukuran kadar kolesterol dan gula darah.
Mengutip News Medical, para peneliti dari studi tersebut menemukan bahwa makan makanan tinggi lemak dan tinggi gula selama seminggu dapat memicu disfungsi hipokampus.
Hipokampus merupakan bagian otak yang bertanggung jawab atas emosi, pembelajaran, memori, dan motivasi.
Peneliti menemukan bahwa seseorang yang langsing dan sehat sekalipun, jika sudah makan makanan Barat selama seminggu, otak mereka akan mengalami disfungsi.
Akibatnya, sulit bagi mereka untuk mengendalikan nafsu makan dan menjadi suka makan berlebihan.
Orang yang telah membiasakan diri makan makanan Barat saat sudah kenyang masih memiliki minat yang lebih terhadap makanan enak, seperti makanan manis dan camilan asin.
Menariknya, ketika partisipan mengulangi tes 3 minggu kemudian setelah kembali ke pola makan normal, kemampuan mereka mengendalikan nafsu makan kembali normal.
Baca juga: Mengapa Junk Food Berbahaya untuk Kesehatan?