Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alexithymia, Kondisi Sulit Tunjukkan Emosi yang Sering Dikira Autisme

Kompas.com - 08/04/2022, 15:30 WIB
Giovani Cornelia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Emosi atau perasaan merupakan salah satu hal yang menjadi karakteristik dari kita sebagai manusia. Entah itu bahagia, sedih, marah, takut, maupun jijik.

Emosi yang kita rasakan merupakan reaksi dari suatu rangsangan. Perasaan muncul karena naluri dasar dan tentu menjadi salah satu hal yang membuat kita tetap bertahan.

Seperti, rasa takut apabila ada binatang buas, akan membuat kita menghindar dan menyelamatkan diri.

Ada juga rasa jijik akan makanan busuk yang membuat kita terhindar dari bakteri atau kuman penyakit.

Baca juga: Cara Hadapi Gejolak Emosi di Tengah Pandemi

Namun, ada beberapa orang yang sulit untuk mengenali perasaan dan mengungkapkan respons dari perasaan tersebut.

Melansir Science Direct, alexithymia merupakan fenomena subklinis yang melibatkan kurangnya kesadaran emosional atau, lebih khusus lagi, kesulitan dalam mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan dan dalam membedakan perasaan dari sensasi tubuh dari gairah emosional.

Apakah itu Alexithymia?

Associate Professor dan Direktur Riset di Fakultas Kedokteran Universitas Indiana, dr. Dawn Neumann di saluran Brainline menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki Alexithymia memiliki wawasan emosional yang buruk.

Hal ini menimbulkan kurangnya kesadaran diri secara emosional.

Alhasil seseorang akan kesulitan mengenali perasaan ketika mendapat respons emosional yang turut mencakup kemampuan untuk memberi label atau menggambarkan perasaan.

Hal tersebut juga berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan emosi, seperti marah, sedih, atau takut.

“Pengidap alexithymia akan mengalami kesulitan memperhatikan isyarat internal yang kita dapatkan dari tubuh kita yang sangat membantu untuk memberi tahu saat kita mengalami respons emosional sehingga mereka mungkin tidak memperhatikan hal-hal seperti saat detak jantung mereka meningkat atau otot mereka tegang,” ujar dr. Dawn.

Baca juga: 4 Jenis Gangguan Emosi dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Fisik

Namun, dr. Dawn turut menjelaskan bahwa “Jika Anda tidak memiliki kesadaran atau memperhatikan emosi Anda, emosi akan keluar dengan sendirinya entah Anda memprosesnya atau tidak."

"Hanya karena Anda tidak menyadarinya bukan berarti emosi itu tidak ada. Emosi akan keluar dalam satu bentuk atau lainnya," sambungnya.

Dawn juga menjelaskan, seseorang dengan kondisi ini akan bereaksi dengan cara tertentu, tetapi tidak akan memiliki kapasitas untuk mengontrol bagaimana harus bereaksi karena kurang menyadari apa emosi itu.

Apakah penyebab seseorang mengidap Alexithymia?

Melansir Healthline, penyebab alexithymia tidak dapat dipahami dengan baik. Ada kemungkinan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh genetik.

Kondisi ini juga dapat diakibatkan oleh kerusakan otak pada insula atau amigdala.

Bagian otak ini dikenal karena perannya dalam keterampilan sosial, empati, dan emosi, dengan beberapa penelitian menghubungkan lesi insula dengan apatis dan kecemasan.

Keterkaitan dengan autisme

Gejala gangguan spektrum autisme sangat luas, tetapi masih ada beberapa stereotip yang terkait dengan kondisi ini.

Salah satu stereotip utama adalah kurangnya empati, sesuatu yang sebagian besar telah dibantah.

Baca juga: 6 Cara Mengelola Emosi di Tengah Kondisi yang Serba Tidak Pasti

Penelitian pada jurnal PubMed Central menunjukkan bahwa hingga setengah dari orang dengan autisme juga mengalami alexithymia.

Dengan kata lain, alexithymia yang menyebabkan kurangnya empati, dan bukan autisme itu sendiri.

Emosi dan depresi

Mungkin juga mengalami alexithymia dengan depresi.

Telah dicatat dalam depresi mayor dan gangguan post partum, serta skizofrenia.

Penelitian pada jurnal Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences menunjukkan bahwa antara 32 dan 51 persen orang dengan gangguan depresi juga memiliki alexithymia.

Kemungkinan trauma

Selain itu, kondisi ini telah dicatat pada orang yang pernah mengalami trauma, terutama selama masa kanak-kanak.

Trauma dan penelantaran pada tahap ini dapat menyebabkan perubahan pada otak yang dapat membuat sulit untuk merasakan dan mengidentifikasi emosi di kemudian hari.

Kondisi terkait lainnya

Penelitian pada jurnal “Alexithymia in Neurological Disease: A Review” juga menunjukkan bahwa kondisi ini mungkin ada pada penyakit dan cedera neurologis tertentu termasuk:

Baca juga: Cara Melatih Anak Mengatur Emosi, Orang Tua Perlu Tahu

  • Penyakit alzheimer
  • Distonia
  • Epilepsi
  • Penyakit Huntington
  • Sklerosis ganda
  • Penyakit Parkinson
  • Stroke
  • Cedera otak traumatis.

Berdasarkan IMDB dan Goodreads, Alexithymia juga pernah beberapa kali disebut di dalam media lain seperti drama series dan buku novel, seperti:

  1. Stranger (2017), Series Drama
  2. Third Person (2013), Film
  3. Alice (2020), Series Drama
  4. He is Psychometric (2019), Series Drama
  5. Almond (2017), Novel
  6. Alexitimia (2012), Novel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau