Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Jangan Lawan Infeksi

Kompas.com - 10/07/2022, 09:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PANDEMI berlanju dengan munculnya varian baru, Omicron BA.4 dan BA. 5. Kemunculan varian baru tersebut mengakibatkan perpanjangan masa PPKM.

Ada yang menarik pada setiap pandemi atau munculnya sebuah penyakit infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh apapun. Apakah itu virus, bakteri, jamur atau parasit.

Setiap orang selalu berpikir bagaimana membasmi agen infeksi tersebut. Padahal kita memahami, agen parasit apapun akan selalu berkembang.

Sebagaimana teori genetika dan evolusi, setiap mahluk hidup akan selalu berkembang sesuai dengan lingkungannya.

Tujuan yang didorong oleh adanya gen. Gen yang berupaya mempertahankan eksistensinya. Bahkan pada organisme seperti virus sekalipun.

Fokus manusia pada dunia luar, yaitu agen infeksi tidak akan pernah berakhir. Karena setiap upaya kita untuk menghancurkan atau menghilangkan agen infeksi akan dijawab dengan upaya pertahanan diri.

Dunia bagaikan medan perang yang tidak pernah berakhir dari berbagai gen. Setiap gen yang merupakan gen dominan akan membentuk gen adaptif sebagai upaya pertahanan.

Sayangnya di kemudian hari gen-gen adaptif yang dibentuk sebagai upaya pertahanan berkembang menjadi semakin banyak. Hingga terjadi kompetisi di antara mereka.

Akibat kompetisi tersebut banyak gen adaptif yang terusir. Terutama gen adaptif lama yang sudah jarang dipergunakan oleh sel.

Banyak gen adaptif yang musnah. Tapi tidak sedikit gen adaptif yang bertahan di alam membentuk pelindung materi genetiknya sendiri.

Gen adaptif adalah informasi genetik tidak lengkap. Gen ini tidak dapat membentuk semua organel yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah organisme. Hanya organisme yang mampu, dengan adanya gen dominan intrakromosomal.

Gen adaptif harus mencari sosok organisme yang bisa dihinggapi dan menjadi inangnya dalam upaya mempertahankan diri.

Dia harus bersimbiosis dengan sosok organisme. Apapun, apakah dalam bentuk mutualisme, atau parasitisme. Dia harus bisa diterima kembali oleh organisme.

Gambaran seperti itu berdasarkan teori asal usul virus yang dikemukakan oleh Barbara McClintock pada 1959.

Pada saat itu hipotesa tersebut kurang mendapat dukungan. Namun dengan ditemukannya plasmid, sebuah kode genetik ekstra kromosom, hipotesa ini mendapat dukungan kembali.

Apalagi pada temuan berikutnya, ditemukan tidak hanya plasmid tapi juga mitokondria mengandung materi genetik.

Artinya, bisa diprediksikan setiap mutasi virus akan mengarah bentuk yang lebih tidak ganas dari sebelumnya. Bahkan semakin berupaya adaptif dengan sel inangnya. Semakin diterima oleh organisme.

Gen mempertahankan diri dengan selalu memperbaharui kemampuan adaptasinya. Baik gen dominan maupun gen adaptif. Untuk itu ada sebuah mekanisme alami sel yang disebut autofagi.

Autofagi adalah upaya sel untuk mendaur ulang gen-gen adaptif tanpa harus dikeluarkan oleh sel.

Gen-gen adaptif baik yang berada di dalam sel maupun yang berasal dari luar sel akan didaur ulang oleh lisosom. Proses daur ulang ini dipicu oleh kondisi starvasi sel.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau