Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Jangan Lawan Infeksi

Kompas.com - 10/07/2022, 09:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada peristiwa infeksi ada beberapa aplikasi yang dapat kita lakukan untuk mempercepat mekanisme autofagi.

Pertama, tentu saja menghentikan asupan glukosa. Kedua, insulin yang berhenti dilepaskan akan mengakibatkan peningkatan glukosa di dalam darah.

Agar glukosa darah cepat turun, maka perlu dikeluarkan melalui ginjal dan keringat. Saat ini dapat diberikan intervensi berupa diuretik lemah.

Setelah sel mencapai kondisi starvasi sel, maka akan terpicu mekanisme autofagi. Pada tahap awal terjadi katabolisme.

Tahap ini kadang disebut mitofagi karena terjadi pada mitokondria, salah satu organel sel yang mengandung kode genetik.

Selanjutnya akan dilakukan proses anabolisme. Saat ini perlu asupan protein untuk membantu pembentukan organel sel baru. Sumber protein selain berasal dari luar juga berasal dari agen infeksi itu sendiri.

Jadi, seperti yang telah saya jelaskan, infeksi bisa jadi peluang menjadikan kondisi tubuh kita lebih baik. Yang terpenting jaga agar sistem mekanisme autofagi kita tetap baik.

Ini jauh lebih efektif dan lebih bersih daripada kekebalan yang dihasilkan oleh proses reaksi antigen-antibodi.

Mekanisme penanggulangan infeksi melalui autofagi memang tidak menghasilkan antibodi. Namun hal yang lebih baik, yaitu peremajaan sel.

Berikutnya banyak sekali hal yang tak terduga ditemukan dalam mekanisme autofagi. Pemahaman ini justru memberikan sudut pandang yang berbeda dalam memandang penyakit.

Khususnya pada diabetes, yang merupakan fokus penelitian penemu lisosom dan istilah autofagi, Profesor Christian de Duve.

Diabetes tak lagi jadi 'mother of disease' seperti yang selama ini dipahami. Diabetes adalah 'second chance of life' yang tidak boleh disia-siakan.

Dalam menghadapi pandemi pun sama. Ada sudut pandang yang berbeda. Dalam mengatasi pandemi tidak sibuk untuk berupaya mengatasi agen penyebab infeksi. Tetapi memanfaatkanya untuk memicu mekanisme autofagi.

Autofagi tidak pernah memusuhi agen infeksi. Mekanisme autofagi juga tidak berupaya untuk menghilangkan agen infeksi.

Tapi memanfaatkannya sebagai bahan baku regenerasi sel. Hebatnya, ini berlaku untuk semua penyakit. Dan berhasil...!

Terbukti dari sejumlah pasen yang dirawat dengan pendekatan ini, hasil antigen dan PCR tesnya bisa negatif tidak lebih dari tiga hari. Pendekatannya, jangan lawan agen infeksi, tapi aktifkan mekanisme autofagi!

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau