Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2022, 12:05 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Health

KOMPAS.com - Pernahkah Anda merasa jantung berdetaklebih cepat dan tidak teratur? Jika ya, bisa jadi Anda mengalami palpitasi jantung.

Palpitasi jantung adalah perasaan jantung berdetak lebih cepat, lebih kuat, dan tidak teratur.

Biasanya jantung berdetak sekitar 60 hingga 100 kali per menit tanpa kita perhatikan.
Tetapi jantung berdebar-debar dapat menyebabkan Anda menyadari detak jantung Anda sendiri.

Mengalami palpitasi jantung bisa menjadi pengalaman yang meresahkan dan memicu rasa tak nyaman.

Baca juga: 10 Ciri-ciri Penyakit Ginjal Stadium Akhir yang Pantang Disepelekan

Penyebab palpitasi jantung

Palpitasi jantung bisa jadi bukan pertanda sesuatu yang serius. Namun, tetap saja ada masalah yang mendasarinya.

Berikut berbagai penyebab palpitasi jantung:

1. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika terjadi penurunan kadar air total tubuh karena kehilangan cairan, kekurangan asupan cairan, atau kombinasi keduanya.

Salah satu gejala dehidrasi adalah detak jantung yang cepat.

Detak jantung yang cepat juga dikenal sebagai takikardia, di mana jantung berdetak lebih dari 100 denyut per menit.

Selama periode dehidrasi, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.

Dehidrasi terkadang disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, seperti rendahnya kalium, yang merupakan penyebab lain dari palpitasi.

2. Kafein

Kafein adalah stimulan alami. Mengonsumsi kafein dalam jumlah besar, umumnya lebih dari 10 gram, bisa memicu aritmia, yaitu detak jantung yang tidak teratur.

Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa dalam dosis rendah dan sedang, kafein bukanlah penyebab signifikan dari aritmia yang serius.

Faktanya, uji coba kecil tahun 2021 terus memantau aktivitas jantung selama dua minggu di antara 100 orang yang mengonsumsi atau tidak mengonsumsi kafein.

Dalam percobaan tersebut, peneliti tidak menemukan bahwa orang yang minum kopi memang menunjukkan peningkatan denyut ekstra yang disebut kompleks ventrikel prematur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com