Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Penderitanya Gampang Curiga, Apa Itu Skizofrenia Paranoid?

Kompas.com - 24/12/2022, 19:36 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Psycom

KOMPAS.com - Apakah Anda sering melihat orang yang kerap dihantui rasa takut akan diakiti oleh orang lain? Atau Anda sendiri mengalaminya?

Jika hal itu memang terjadi, segera periksakan diri ke profesional kesehatan mental. Sebab, hal itu bisa menjadi salah satu gejala skizofrenia paranoids.

Skizofrenia paranoid termasuk salah satu kategori gangguan kesehatan mental.

Penyakit ini ditandai dengan adanya delusi paranoids, di mana penderitanya akan merasa sangat curiga dengan orang lain.

Hal ini akan mempersulit mereka untuk memiliki pekerjaan, menjalankan tugas, dan menjalin pertemanan.

Yah, delusi dan halusinasi yang dialami penderita skizofrenia bisa mengaburkan batas antara yang nyata dan tidak. Hal ini akan menyulitkan penderitanya menjalani kehidupan.

Hampi 1,1 persen orang di dunia ini mengalami skizofrenia, dan skizofrenia yang paling umum adalah jenis paranoid.

Biasanya, skizofrenia dialami oleh mereka yang berusia 18 hingga 30 tahun. Namun, penyakit tersebut sering terdeteksi saat pasien menginjak usia di atas 45 tahun atau sebelum usia 16 tahun.

Baca juga: Waspadai Gatal-gatal Saat Hamil, Bisa Sebabkan Bayi Lahir Mati?

Gejala

Salah satu gejala khas dari penderita skizofrenia paranoid adalag delusi, yang mengaburkan batas antara kenyataan dan imajinasi.

Delusi tersebut bisa membuat penderitanya merasa takut dan cemas.

Gejala awal skizofrenia mungkin tampak biasa saja dan dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor lain, seperti jarang bersosialisasi dengan teman, sulit tidur, dan lekas marah.

Selama onset skizofrenia terjadi, pasien juga mengalami gejala negatif seperti kurangnya motivasi, ketidakmampuan untuk fokus, atau isolasi sosial.

Sebelum gejala psikosis terjadi, pasien juga seringkali menunjukan gejala berikut:

  • Melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang orang lain tidak.
  • Kecurigaan dan ketakutan umum terhadap niat orang lain.
  • Pemikiran atau keyakinan yang gigih dan tidak biasa.
  • Kesulitan berpikir jernih.
  • Menarik diri dari keluarga atau teman.
  • Penurunan signifikan dalam perawatan diri.

Pengobatan

Dokter biasanya meresepkan antipsikotik untuk menghilangkan delusi. Antipsikotik bisa berupa pil, cairan, atau suntikan.

Butuh beberapa minggu agar obat ini bekerja sepenuhnya, tetapi Anda bisa mulai merasa sedikit lebih tenang dengan cepat. Anda mungkin perlu mencoba lebih dari satu untuk menemukan obat atau kombinasi yang tepat.

Bahkan ketika Anda merasa lebih baik, tetap minum obat Anda. Jika Anda berhenti, delusi bisa muncul kembali.

Hindari penggunaan ganja, alkohol, nikotin, kokain atau stimulan lainnya, dan obat-obatan terlarang.

Sebab, obat-obatan atau zat tersebut dapat mencegah obat antipsikotik bekerja dengan baik dan menyebabkan paranoia atau memperburuknya.

 

Setelah delusi terkendali, pasien harus melakukan konseling agar bisa beraktivitas seperti biasa.

Konseling biasanya dilakukan dengan terapi perilaku kognitif agar Anda bisa mengelola gejala yang tak kunjung hilang, bahkan saat Anda minum obat.

Karena beberapa obat antipsikotik dapat membuat berat badan Anda bertambah, Anda mungkin juga ingin mendapatkan bantuan dengan diet dan olahraga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau