KOMPAS.com - Kemoterapi adalah salah satu treatement yang banyak digunakan untuk mengatasi kanker.
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan obat khusus yang bekerja dengan menyerang sel kanker atau mencegah seltersebut tumbuh dan membelah.
Sel kanker cenderung tumbuh dan membelah dengan cepat serta tak terkendali. Dengan penggunaan obat kemoterapi, maka pertumbuhan dan proses pembelahan sel kanker tersebut bisa dicegah.
Seperti yang kita tahu, tubuh terdiri dari banyak jenis sel, termasuk sel sehat yang secara alami tumbuh dengan cepat.
Sayangnya, perawatan kemo tidak bisa membedakan antara sel kanker dan sel sehat. Hal ini seringkali memicu beberapa efek samping tertentu.
Baca juga: 5 Faktor Risiko Kanker Darah pada Anak dan Gejalanya
Banyak efek samping kemoterapi yang umum disebabkan oleh dampak pengobatan pada sel-sel sehat. Berikut beberapa efek dari kemoterapi:
Sel darah merah memberi tubuh oksigen dari paru-paru. Ketika kemoterapi merusak sel darah merah dan menurunkan jumlah sel darah merah, hal ini bisa memicu anemia.
Gejala utama anemia adalah kelelahan dan kelemahan. Namun, anemia juga dapat menyebabkan:
Jika Anda menjalani kemoterapi, tim perawatan kanker biasanya akan memantau jumlah sel darah Anda dengan cermat.
Anemia dapat diobati dengan diet kaya zat besi, suplemen zat besi, atau dalam beberapa kasus, transfusi darah.
Sel darah putih adalah bagian vital dari sistem kekebalan tubuh. Ketika obat dari kemoterapi menyerang sel darah putih, hal ini bisa memicu kondisi yang disebut neutropenia.
Neutropenia bisa mempersulit sistem kekebalan untuk melawan virus, bakteri, dan patogen lainnya. Ini berarti risiko infeksi seseorang meningkat.
Gejala neutropenia meliputi:
Orang yang menjalani perawatan kemoterapi harus melakukan langkah khusus agar tidak mudah jatuh sakit, seperti cuci tangan teratur, menghindari tempat yang ramai, dan menjauh dari orang yang sakit.
Neutropenia dapat diobati dengan protein yang disebut faktor pertumbuhan myeloid, yang merangsang produksi sel darah putih.
Baca juga: 5 Ciri-ciri Awal Kanker Payudara, Wanita Perlu Tahu
Kemoterapi dapat memengaruhi trombosit, komponen darah yang membantunya menggumpal dan menghentikan pendarahan.
Jumlah trombosit yang rendah bisa menyebabkan kondisi yang disebut trombositopenia.
Ketika ini terjadi, darah Anda tidak dapat menggumpal dengan baik, yang dapat menyebabkan pendarahan berlebihan.
Mereka yang menjalani kemoterapi berisiko tinggi mengembangkan jenis gumpalan darah yang disebut trombosis vena dalam. Hal ini terjadi saat gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah dalam.
Sel-sel folikel rambut adalah beberapa sel yang tumbuh paling cepat di dalam tubuh. Karena banyak perawatan kemoterapi menargetkan sel-sel yang membelah dengan cepat, kerontokan rambut adalah efek samping yang umum dari pengobatan.
Namun, tidak semua jenis kemo menyebabkan kerontokan rambut. Ketika kemoterapi memang menyebabkan kerontokan rambut, biasanya rambut akan tumbuh kembali setelah pengobatan dihentikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.