Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wira Prasetya Chandra
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis RSUD Baros

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis RSUD Baros, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Menjual Misteri, Membeli Sugesti

Kompas.com - 11/04/2023, 06:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MASIH jelaskah di ingatan pembaca mengenai pengobatan dukun cilik Ponari kira-kira belasan tahun lalu? Beribu-ribu orang silih berganti mendatangi praktik pengobatan menggunakan batu “sakti” yang dicelupkan ke air tersebut.

Tidak sedikit orang menyatakan sembuh total dari berbagai macam dan jenis penyakit setelah ”mengonsumsi” air hasil rendaman batu tersebut (baik dengan diusap di wajah, diminum, dipakai mandi, disemprotkan, dan lain-lain)

Belakangan ini tengah viral pengobatan alternatif oleh seorang pengobat tradisional yang sering disebut “Ida dayak”. Pengobatannya laris manis diserbu masyarakat.

Terbaru, kegiatan pengobatan Ida Dayak di Depok dibatalkan lantaran membludaknya pengunjung.

Hal-hal apa saja yang menyebabkan pengobatan serupa begitu laris manis dan sebenarnya apakah yang terjadi dari kacamata medis secara ilmiah?

Sejumlah pasien pengobatan tradisional di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (1/2/2009), menunggu giliran untuk berobat pada tabib cilik, M Ponari (9). Dalam tiga pekan terakhir ini ribuan orang dari sejumlah daerah, bahkan negara tetangga, datang ke sini, berharap Ponari mampu menyembuhkan penyakit mereka.KOMPAS/INGKI RINALDI Sejumlah pasien pengobatan tradisional di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (1/2/2009), menunggu giliran untuk berobat pada tabib cilik, M Ponari (9). Dalam tiga pekan terakhir ini ribuan orang dari sejumlah daerah, bahkan negara tetangga, datang ke sini, berharap Ponari mampu menyembuhkan penyakit mereka.
Pertama dan utama, penyebab masyarakat menggandrungi pengobatan ini adalah “belief”/kepercayaan mengakar masyarakat terhadap pengobatan alternatif.

Banyak masyarakat kita yang tumbuh dewasa menyaksikan orangtuanya atau keluarganya berobat kepada pengobatan alternatif. Secara tidak langsung hal ini akan membangun kepercayaan baru ketika mereka menjadi orang dewasa bahwa pengobatan alternatif lebih baik daripada pengobatan medis.

Kepercayaan yang sudah ditanamkan di pikiran sejak kecil akan mengakar kuat dan membudaya (kepercayaan primordial). Inilah yang menyebabkan alasan utama seseorang tetap mengunjungi pengobatan alternatif apapun latar belakang pendidikan, pangkat, kedudukan, jabatan, dan status sosial ekonominya.

Penulis pernah mendapati pasien dengan latar belakang pendidikan S3 (Strata-3) dengan nyeri pinggang menahun yang disebabkan batu ginjal.

Pasien tersebut kemudian mengunjungi suatu pengobatan alternatif yang dikenal dengan sebutan “operasi gaib” untuk mengeluarkan batu tersebut.

Hebatnya hanya dalam sekali pertemuan, keluhan nyerinya hilang seketika, dan seketika itu pula pasien merasakan kesembuhan (tolok ukur kesembuhan dalam diri pasien adalah hilangnya rasa nyeri).

Selang kira-kira 6 bulan kemudian, pasien kembali datang berobat kepada penulis dengan keluhan nyeri hebat di pinggang dan kesulitan buang air kecil. Ketika dilakukan USG, batu ginjal yang sama ditemukan dengan ukuran tiga kali lipat dibandingkan 6 bulan lalu.

Inilah hebatnya sugesti dan belief system kita. Ketika kita sungguh percaya akan suatu hal (dalam kasus ini percaya operasi gaib tersebut telah mengeluarkan batunya), maka sugesti tersebut akan mampu menghilangkan rasa nyeri (meskipun batunya tetap ada).

Kedua, banyak pendapat yang mengatakan bahwa terbatasnya tenaga medis/sarana kesehatan atau sulitnya akses kepada fasilitas kesehatan menjadi salah satu penyebab lainnya masyarakat “demen” mengunjungi pengobatan alternatif.

Hal ini sebenarnya tidak 100 persen tepat, meskipun tidak 100 persen salah. Sebagai contoh, pengobatan yang dilakukan Ida Dayak dilakukan di Kota Depok, yang notabene adalah kota besar di dekat Ibu Kota Jakarta.

Begitupun pengobatan alternatif lain dengan berbagai metode menjamur di banyak kota-kota besar di seluruh Indonesia, bahkan di ibu kota provinsi.

Ketiga, ada pendapat yang mengatakan bahwa berobat medis lebih mahal daripada pengobatan tradisional.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai dokter selama lebih dari 15 tahun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Justru sebaliknya, seringkali pengobatan alternatif jauh lebih mahal daripada pengobatan medis sesungguhnya.

Penulis berkali-kali mendapati pasien yang harus merogoh kocek lebih dari Rp 5 juta untuk satu kali kunjungan berobat alternatif. Bahkan ada yang sampai harus menjual sawah dan hewan ternaknya untuk sekali berobat alternatif.

Keempat, pemahaman atau literasi kesehatan masyarakat kita masih kurang. Belum lagi masih banyak masyarakat kita yang ingin serba instan atau ingin segera sembuh meskipun penyakitnya sudah komplikasi dan menahun.

Edukasi medis mengenai penyakit tetap saja terkalahkan oleh kombinasi kurangnya literasi kesehatan dan belief system. Akhirnya menjadi hal utama penyebab masyarakat kita masih sangat menggandrungi pengobatan alternatif yang tidak jelas landasan pengetahuan dan keilmuannya.

Kelima, banyak orang yang ketika sakit merasa akan sembuh bila diobati secara luar biasa. Jadi, ada sebagian orang yang berpikir hanya akan sembuh melalui cara-cara “sakti” atau di luar cara-cara pada umumnya secara medis.

Hal ini mirip dengan yang pertama, belief system bermain, sugesti dirinya memegang peranan besar dalam menentukan kesembuhan.

Bila diamati lebih dalam, apapun metode pengobatan alternatifnya, memiliki satu pola kesamaan, yaitu memanfaatkan kekuatan pikiran. Tepatnya pikiran yang dibentuk di bawah sadar sang pasien.

Kekuatan pikiran bawah sadar akan mengontrol manusia untuk berperilaku dalam hidupnya. Saat pikiran bawah sadar sudah membentuk suatu sudut pandang atas suatu hal, hal itulah yang akan terjadi dalam hidupnya.

Saat pikiran sudah membentuk sudut pandang bahwa kesembuhan akan terjadi, maka kesembuhan itulah yang akan terjadi.

Dalam pikiran bawah sadar terdapat semua keinginan, kemauan, semua masalah dan semua solusi atas permasalahan yang ada (dalam kasus ini, permasalahan akan penyakit dan solusi akan jalan kesembuhan). Bilamana ingin mengubah sesuatu dalam hidup, maka haruslah menyentuh pikiran bawah sadarnya.

Sugesti-sugesti yang hadir dan dikemas dalam berbagai ritual penyembuhan inilah yang seringkali mampu menyentuh pikiran bawah sadar manusia dan memberikan efek kesembuhan.

Metode pengobatan alternatif sangat beranekaragam dan bervariasi, bahkan seperti di luar nalar sehat atau katakanlah mengandung banyak pertanyaan dan misteri. Namun pada dasarnya memiliki satu kesamaan dasar, yaitu bermain sugesti, memanfaatkan belief system pasien sehingga dapat dikatakan bahwa metode pengobatan alternatif "menjual misteri membeli sugesti".

Nah, setelah memahami hal-hal di atas, dan mengetahui dasyatnya kekuatan pikiran dan sugesti, masih beranikah kita mengatakan "ah, cuma sugesti?"

Lalu bagaimana penjelasannya secara medis ilmiah? Untuk kasus Ida Dayak, bagaimanakah penjelasannya dari sisi ilmiah?

Bilamana kita memperhatikan secara detail, metode yang dilakukan ibu Ida sesungguhnya dapat dijelaskan secara medis ilmiah.

Sebagai contoh, ketika ibu Ida meluruskan tangan seorang anak yang bengkok. Secara garis besar ada dua hal utama yang dilakukannya.

Pertama, bila kita perhatikan, sebelum melakukan proses pembetulan tulang tersebut, ibu Ida melakukan beberapa hal, yaitu menari-nari, menyanyi, mengucapkan sesuatu sambil mengelilingi pasiennya, menyemprot pasiennya dengan air tertentu dan lain sebagainya.

Inilah pola yang selalu dilakukan oleh yang bersangkutan setiap melakukan tahap pertama pengobatannya. Jangan lupa, atribut yang dikenakannya dan pengobatan yang dilakukan olehnya selalu di area terbuka disaksikan oleh banyak pasien atau masyarakat lainnya.

Tahap kedua, atau tahap berikutnya, yang bersangkutan mulai menyentuh bagian tubuh yang dikeluhkan pasien. Kita ambil satu contoh, ibu Ida kemudian melakukan tindakan menarik, menekan, memutar dan lain sejenisnya kepada organ (dalam hal ini tangan yang bengkok sambil membalurkan cairan kepada pasien tersebut) sambil terus melakukan tarian atau nyanyian tertentu, dan yang terjadi kemudian tangan pasien kemudian dapat lurus kembali.

Apa yang terjadi dan bagaimana menjelaskannya secara ilmiah?

Pertama, proses menari-nari, bernyanyi, menyemprot dengan cairan dan lain sebagainya, merupakan suatu tahapan mengantar pasien masuk ke suatu keadaan alam bawah sadar atau para praktisi hipnosis menyebutnya sebagai “induksi”.

Jangan lupa atribut yang dikenakan dan proses yang disaksikan oleh khalayak banyak juga merupakan bagian dari proses ini.

Proses ini dilakukan berulang membuat pasien semakin masuk keadaan alam bawah sadarnya, atau seringkali disebut sebagai proses “deepening”.

Proses ini kemudian akan mengantar pasien masuk ke keadaan “deep relaxation state” atau dikenal dengan istilah “trance”.

Dalam keadaan” trance” inilah, proses penyembuhan dimulai, pasien dapat menerima toleransi dan tidak merasakan rasa nyeri.

Dalam keadaan “trance“ ini pula, sugesti-sugesti verbal dan nonverbal disampaikan yang isinya kurang lebih untuk menyembuhkan pasien tersebut.

Istilah-istilah di atas sudah sangat familiar di telinga para ahli dan praktisi hipnosis dan hipnoterapi.

Pada tahap kedua, ketika dilakukan proses “pembetulan” tulang. Proses penarikan, pemutaran, pemberian tekanan dan sejenisnya, secara medis disebut sebagai tindakan “osteopathic manipulative treatment (OMT)”.

Tentunya, para dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (SpKFR), sangat familiar dengan tindakan ini, karena tindakan ini merupakan salah satu bidang keahlian mereka.

Tindakan “osteopathic manipulative treatment” merupakan tindakan kedokteran resmi dan masuk ke dalam klasifikasi prosedur tindakan ICD 9-CM dengan nomor internasional coding 93.6.

Proses melakukan tindakan ini sebenarnya tidak bisa sembarangan, tetapi harus dilakukan dengan teknik dan evaluasi awal terhadap kondisi pasien secara tepat.

Pada kasus di atas, ketika dilakukan proses “pembetulan” tersebut, pasien tidak merasakan rasa sakit karena pasien sudah dalam “deep relaxation state” dikenal juga dengan “trance” atau “hypnosis state”.

Tingkat kedalaman relaksasi ini secara ilmiah dapat diukur melalui berbagai parameter, antara lain, Aron depth scale, Davis-Husband scale, Stanford scale, Harvard scale , LeCron Bordeaux Scale dan lainnya.

Selanjutnya, seperti apa yang sudah dijelaskan di atas, ketika seseorang sudah dalam keadaan “trance” segala proses penyembuhan psikis dan fisik mulai terjadi.

Namun menyembuhkan pasien tersebut dari persoalan medisnya secara tepat tentunya diperlukan analisa medis yang tepat ”case by case”, “individu per individu” tidak bisa dipukul rata.

Bilamana kita mau sedikit menengok sedikit ke sejarah masa lalu di dunia, fenomena-fenomena seperti Ponari, dan Ida Dayak ini sebenarnya bukan hal baru.

Sejarah dunia mencatat banyak sekali fenomena-fenomena serupa dari zaman sebelum masehi hingga zaman modern.

Sebut saja yang cukup populer apa yang dilakukan oleh Fr. Joseph Gassner (1727-1779) seorang pemuka agama tertentu, yang menyembuhkan pasien-pasiennya dengan menggunakan mantra-mantra atau kata-kata dan doa.

Pasien-pasien yang sakit dijejerkan berbaris secara memanjang ke samping kemudian Gassner menyentuhkan sebuah tongkat salibnya ke badan para pasiennya. Uniknya, seketika pasien-pasien tersebut satu per satu jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Ketika pasien dalam keadaan tak sadarkan diri, Gassner memberikan sugesti kesembuhan kepada mereka dan ketika bangun dan sadar kembali, pasien-pasien tersebut benar-benar merasa telah sembuh.

Paling populer tentunya apa yang dilakukan oleh orang Austria bernama Franz Anton Mesmer (1734-1815), dengan ”animal magnetismnya”.

Proses penyembuhannya menggunakan suatu ritual melibatkan gerakan tangan tertentu yang dipercaya oleh pasien dapat membuka sumbatan cairan di tubuh yang dianggap sebagai penyebab seseorang menjadi sakit.

Kata “mesmerize” yang sering kita gunakan sehari-hari dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa Indonesia diartikan “memesona” atau “ memikat” berasal dari nama beliau ini.

Pada tahun 1784, hal ini sampai membuat Raja Louis XVI membentuk komite khusus untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya dilakukan Mesmer, yang belakangan ternyata diketahui bahwa kesembuhan yang dialami pasien adalah akibat dari efek sugesti, kepercayaan (belief system) dan imajinasi pasien tersebut.

Apa yang dilakukan oleh Gassner dan Mesmer menjadi cikal bakal berkembangnya keilmuan hipnosis dan hipnoterapi modern saat ini.

Lalu apa yang dapat kita petik dan nilai pembelajaran dari tulisan ini?

Pertama, setiap metode penyembuhan apapun, seharusnya dapat dijelaskan secara medis ilmiah. Jangan karena keterbatasan keilmuan dan pengetahuan kita, lalu kita dengan mudahnya menarik kesimpulan terlalu dini dengan mengkait-kaitkannya dengan “ilmu ghaib”, “mistis” dan “kesaktian” tertentu.

Percayalah, segala sesuatu dapat dijelaskan secara ilmiah. Bilamana “sesuatu hal” tampak begitu “luar biasa dan tidak dapat dijelaskan”, artinya bukan tidak dapat dijelaskan, tetapi kita belum memahami saja secara ilmiah dan rasional dibalik “kesaktian” tersebut.

Mari kita ambil contoh, metode pengobatan ala Gassner dan Mesmer tersebut pada awalnya tampak luar biasa dan terlihat sakti mandraguna. Namun setelah keilmuan dan pengetahuan di baliknya dapat dipahami, ternyata merupakan suatu hal yang ilmiah.

Kedua, “banyak jalan menuju Roma”, banyak jalan menuju kesembuhan sejati. Catat, saya menggunakan kata “sejati”. Sejati dalam arti kesembuhan yang dimaksud bukan hanya mengurangi atau menghilangkan gejala dari suatu penyakit saja seperti gejala nyeri, gejala lemas, bisa meluruskan tulang yang bengkok dan sejenisnya.

Penyembuhan sejati harus menyentuh “root cause” atau akar masalah/penyakit dari keluhan pasien tersebut.

Saya beri contoh, misalkan pasien dengan tangan bengkok yang ternyata disebabkan oleh suatu keganasan tulang sendi (kanker tulang sendi) ataupun tangan yang berubah bentuk/ “deformitas” ternyata disebabkan oleh suatu penyakit rematik autoimun serius, ataupun postur badan yang bongkok yang ternyata disebabkan oleh Spondilitis Tuberculosis (infeksi kuman TBC ke tulang belakang), tentunya tidak tepat bilamana dilakukan tindakan urut-mengurut, pijat memijat atau tarik menarik dengan metode yang dilakukan di atas, tanpa sungguh-sungguh memahami penyakit apa yang mendasari keluhan tersebut. Di medis, kami menyebutnya “underlying disease”.

Untuk mengenali “underlying disease” tersebut dan mengobati setiap penyakit, memerlukan analisis medis yang holistik dan komprehensif.

Hal ini membutuhkan pendidikan kedokteran yang panjang dan berkelanjutan, pengalaman yang benar, pengetahuan lapangan lainnya dan skill medis yang kuat.

Patut diingat, tidak ada satupun kasus penyakit yang sama persis pada setiap pasien.
Tidak tepat bila mengobati seseorang dengan bermacam-macam penyakit yang berbeda dengan “memukul rata” atau dengan cara yang sama.

Akhir kata, ijinkanlah saya mengutip kata-kata dari Sir Francis Bacon, “scientia potentia est“ atau "Knowledge is Power".

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menyinggung ataupun menyudutkan pihak tertentu, tetapi tulisan ini dibuat dengan tujuan menambah pengetahuan dan wawasan baru serta “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yaitu menguatkan kualitas bekerjanya otak (rasionalitas) dan menjaga kemuliaan watak (moralitas dan integritas) sesuai apa yang diamatkan Undang-Undang Dasar 1945.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau