Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menggambar Alam-Benda Mereduksi Delusi

Kompas.com - 13/04/2023, 16:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rizky Bina Nirbayaningtyas, Willy Tasdin, dan Monty P. Satiadarma*

MENGGAMBAR alam-benda (still-life drawing) adalah salah satu bentuk kegiatan seni rupa tematik di mana individu mentransformasikan obyek-obyek yang ada di sekelilingnya ke dalam bentuk proyeksi gambar.

Menggambar satu atau dua obyek merupakan kegiatan yang paling sederhana. Misalnya, menggambar buah, menggambar gelas dan piring, atau yang lebih kompleks adalah menggambar sejumlah obyek seperti rangkaian bunga, obyek makanan dan minuman serta perangkat makan-minum di dalam komposisi yang terintegratif sebagai satu kesatuan gambar.

Jadi, obyek-obyek tersebut tersusun sedemikian rupa seperti display lalu digambar (dilukis) di atas kertas (kanvas).

Aktivitas menggambar atau melukis alam-benda ini merupakan aktivitas senso-motor kreatif dalam memproyeksikan obyek-obyek nyata ke layar proyeksi tertentu (kertas atau kanvas).

Berbeda dengan seni fotografi; perangkat fotografi telah dilengkapi dengan sarana teknis yang bersifat standard. Misalnya, jika 10 kamera memotret 1 buah apel dari sudut sama dengan pencahayaan sama, maka kesepuluh foto itu akan sama.

Sedangkan menggambar atau melukis lebih alami dan unik. Jika ada 10 orang menggambar apel dari sudut pandang sama dengan perangkat gambar sama, hasilnya akan berbeda sesuai sensitivitas masing-masing individu.

Pasalnya, penginderaan alami individu disertai persepsi, emosi, interpretasi, impressi serta keterampilan yang kesemuanya tidak didapati pada perangkat teknis fotografi.

Menggambar alam-benda memberikan pelatihan pada individu untuk mencermati obyek nyata yang ada di hadapannya secara langsung. Dalam prosesnya individu belajar mencermati bentuk, ukuran, jarak, bahan (logam, kayu, kain, dll), serta permukaan (halus, kasar, dll) obyek.

Proses pelatihan ini pada dasarnya tidak melibatkan fantasi lebih lanjut kecuali dalam proses karya seni rupa murni.

Oleh karena itu, proses pelatihan menggambar alam-benda mendekatkan individu pada realita, karena ia menggambarkan hal nyata yang ada di hadapannya.

Ia tidak melibatkan angan-angan atau fantasi tentang bentuk serta kedudukan benda-benda tersebut. Alasan inilah yang kemudian dijadikan landasan pertimbangan untuk melatih individu membatasi daya fantasi dan sebaliknya lebih mendekatkan diri dengan realita.

Dalam konteks kesehatan mental banyak ditemukan keluhan pasien yang diselimuti dengan fantasi berlebihan, bahkan seringkali keliru dan salah satunya adalah bentuk delusi.

Delusi adalah kesalahan persepsi atas diri sendiri dengan menganggap diri sebagai sosok lain, misalnya individu menganggap dirinya superman.

Delusi dikenal dengan istilah lain sebagai waham. Bentuk-bentuk delusi atau waham meliputi waham kejaran (delusi paranoia), waham kebesaran (delusi grandiosa), waham seksual (erotomania) dan ragam bentuk waham aneh lain (bizzare delusions).

Delusi paranoia atau waham kejaran dialami individu yang merasa dipersekusi, padahal sama sekali tidak ada yang mempersekusinya.

Delusi grandiose atau waham kebesaran, yakni individu merasa dirinya memiliki kemampuan luar biasa seperti superman, atau yang sering ditemui bahwa mereka menganggap dirinya memiliki kesaktian tertentu.

Erotomania adalah bentuk delusi yang melibatkan fantasi seksual tertentu, misalnya, individu merasa melakukan hubungan seksual dengan artis tertentu.

Adapun delusi aneh lain, misalnya, individu merasa dirinya mampu melakukan perubahan bentuk (ber-metamorfosa menjadi mahluk lain).

Pasien delusi

Pada salah satu studi kasus di salah satu rumah sakit jiwa (RSJ) di Jakarta ada seorang laki-laki (X, 28 tahun berpendidikan S1, anak ke dua dari dua bersaudara) menderita delusi erotomania.

Ia merasa dirinya dirasuki Asmodeus, sosok fantasi kerajaan iblis yang memiliki kekuatan luar biasa.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau