Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menggambar Alam-Benda Mereduksi Delusi

Kompas.com - 13/04/2023, 16:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia harus menjalani perawatan di RSJ karena berperilaku mengganggu lingkungan, bersifat destruktif dan berpotensi membahayakan lingkungan.

Ia menyakiti kucing dengan palu, melakukan perusakan kendaraan (motor dan mobil) dengan menendang kendaraan dan dilaporkan acap kali mengamuk dan mengancam orang di sekelilingnya.

Gangguan yang ia alami sesungguhnya bersifat kronis, namun tidak diantisipasi lebih awal oleh keluarga.

Bermula sejak kecil mengalami perundungan dari lingkungan seperti teman sekolah, bahkan dari anggota keluarga seperti sepupu, dan ia merasa tidak beroleh perlindungan dari orangtua. Sebaliknya ia merasa senantiasa menjadi sasaran amarah orangtua.

Kondisinya mulai berubah sejak ia belajar seni bela-diri Taekwondo di usia 16 tahun dan mulai melakukan perlawanan fisik termasuk terhadap ayahnya. Menurutnya, ayah tidak lagi berani melakukan hukuman fisik terhadapnya.

Usai sekolah menengah dia mengikuti pendidikan Teologia, yang memengaruhinya ke dalam fantasi dunia roh dan membuatnya mengalami ragam halusinasi.

Ia merasa dirinya diutus Tuhan untuk mempertobatkan dunia dengan memanen jiwa-jiwa di bumi. Sebaliknya ia juga mengalami rasa kesepian karena merasa tidak memiliki pasangan hidup. Ia berfantasi seksual dan merasa mampu berhubungan seksual dengan dewi-dewi.

Waham kebesaran disertai fantasi seksual ini merupakan bentuk Delusi Grandiosa Erotomania.
Mengacu pada konsep psikoanalisa Alfred Adler, kondisi yang dialami X merupakan manifest kompensasi dari rasa rendah diri sejak masa kecil.

Semula ia merasa inferior karena senantiasa menjadi korban perundungan lingkungan dan cenderung jadi kambing hitam sasaran kemarahan orangtuanya.

Ia berubah menjadi merasa amat berdaya setelah belajar seni bela diri. Ia merasa mampu membela diri dan mengalahkan orang lain, bahkan menyerang ayahnya sendiri yang sebelumnya merupakan figur yang amat ia takuti.

Rasa keberdayaannya semakin memengaruhi daya fantasinya setelah mengikuti pendidikan teologia, karena peningkatan kemampuan fisiknya disertai juga dengan fantasi sosok dunia roh seperti Awsmodeus dan dewi Fortuna yang dijadikan sosok fantasi dalam berimajinasi seksual.

Fantasi Asmodeus membuatnya merasa superior dalam lingkungan hidup dan memengaruhi kecenderungan aggresi serta melukai orang lain.

Selama menjalani rawat inap di RSJ, ia tentu memperoleh bantuan medis guna meredam perilaku agresinya. Kondisi rawat inap relatif mencegahnya melakukan agresi di lingkungan masyarakat.

Namun selama masa rawat inap itu pula ia masih memiliki delusi gandiosa erotomania. Hal itu terungkap melalui paparan narasinya dan hasil evaluasi tes psikologi dalam bentuk proyeksi gambar.

Gambar-gambarnya menunjukkan superioritas fisik dalam bentuk sosok berotot dan banyak menekankan (memfokuskan) pada sensualitas dan seksualitas.

Walaupun bentuk gambar-gambarnya lebih cenderung bersifat skematis dalam bentuk notasi bentuk global, namun temanya menggambarkan alat kelamin dan posisi individu berhubungan seksual.

Guna meredam gejolak fantasi yang memengaruhi sebagian besar wahamnya, maka dilakukan pendekatan melalui aktivitas menggambar alam-benda dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.

Pertama alam-benda mendekatkan individu pada obyek nyata yang artinya juga mengalihkannya dari dunia fantasi yang memengaruhi delusinya.

Kedua, obyek alam-benda dapat dipilihkan yang relatif sederhana sehingga mudah untuk digambar. Kemudian proses ini membantu individu merasa mampu merampungkan tugas dengan baik.

Ketiga, proses sederhana yang memberi peluang individu merampungkan tugas membantu meningkatkan perasaan mampu dan berdaya melakukan sesuatu.

Keempat, melalui proses menggambar alam-benda, individu membangun relasi dengan realitas secara langsung guna mereduksi kecenderungannya berfantasi lebih lanjut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau