Pada saat kontrol itu, tentu saja pasien bukan hanya diberikan obat, tapi juga nanti akan diajari manajemen menghindari pencetus serangan, akitivitas bertahap untuk mempertahankan fungsi paru, kontrol gejala, dan evaluasi pengobatannya
Ketergantungan yang dimaksud di sini adalah pada penderita asma yang hanya mengandalkan SABA sebagai obat satu-satunya buat asma.
Hal ini bisa dimaklumi karena memang efek SABA yang dramatis. Pada awal penggunaan SABA, asma bisa lega hanya dalam hitungan menit (kerja cepat).
Hal itu membuat kebiasaan ini tertanam dalam benak pasien, "Ah, ini nih obat yang manjur untuk asma. Yang penting cukup gunakan ini saja, toh sudah bisa lega."
Padahal itu salah. Penderita asma tetap butuh pengontrol untuk mengendalikan dan menjarangkan serangan.
Orang yang ketergantungan SABA dan hanya berfikir cukup SABA saja tidak menyadari bahwa lama-kelamaan tubuh akan toleran dengan SABA, dan frekuensi serangan akan semakin sering dan semakin butuh banyak dosis SABA
Sekali lagi bukan SABA yang tidak baik, tapi salah dalam cara penggunaannya.
Sebenarnya obat pengontrol asma saat ini pun sudah dijamin oleh BPJS dan asuransi. Jadi, kalau dikatakan mahal kan relatif, ya?
Bahkan penderita asma bisa gratis berobat jika menggunakan BPJS. Jika penggunaannya tepat dan sesuai dengan rencana setiap bulannya yang dibuat oleh pasien asma serta dokter yang menanganinya, maka obat ini akan cukup digunakan selama 1 bulan
Bukan hanya itu saja, ada jenis obat pengontrol yang juga bahkan bisa sekaligus menjadi obat pelega, jadi cukup satu macam obat pengontrol dan pelega sekaligus atau yang dalam bahasa medisnya disebut MART (maintenance and reliever therapy).
Obat ini jadi dapat lebih memudahkan, tapi tentu saja mana yg lebih nyaman untuk pasien dan mana yang lebih cocok akan dipilihkan sesuai konsultasi pasien dengan dokternya.
Intinya adalah melihat fungsi dan kegunaannya, obat pengontrol dan pelega tetap penting peranannya dalam usaha mengendalikan asma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.