Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Rokok Elektrik Lebih Aman Dibanding Rokok Konvensional?

Kompas.com - 28/05/2023, 10:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Rokok mengalami perkembangan dengan munculnya rokok elektrik dengan beragam modifikasi yang digemari remaja atau generasi muda.

Namun, apakah rokok elektrik ini lebih aman untuk kesehatan dari pada rokok konvensional?

Dr. Dimas Dwi Saputro, Sp.A sebagai Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa rokok elektrik memang lebih sedikit mengandung bahan kimia dibandingkan rokok konvensional.

Baca juga: Kenali Apa Itu Nikotin dan Efek Sampingnya

Rokok konvensional mengandung campuran 7.000 bahan kimia berbahaya dan di antaranya bersifat karsinogenik (pemicu kanker).

Salah satu perbedaan rokok elektrik dan konvensional adalah rokok elektrik menghasilkan aerosol yang dihasilkan dari memanaskan cairan.

"Aerosol mengandung zat-zat yang berbahaya juga, apabila digunakan dalam jangka waktu lama," kata Dr. Dimas dalam acara "Dampak Merokok Pasif pada Kesehatan Anak" pada Sabtu (27/5/2023).

Aerosol rokok elektrik mengandung zat berbahaya, termasuk nikotin, logam berat (seperti timbal), senyawa organik, dan zat-zat penyebab kanker.

Baca juga: Kandungan Rokok yang Membuatnya Berbahaya untuk Kesehatan

Pada Agustus-Oktober 2019 di Amerika, terdapat penemuan kasus Evali (e-cigarette or vaping product use associated lung injury) yang menyebabkan kerusakan paru-paru yang tidak bisa dipulihkan.

"Dari CT scan didapatkan gambaran yang menunjukkan saluran napasnya menjadi keras, demikian juga pembuluh darah sekitarnya. Tentu saja ini tidak bisa kembali seperti semula, bahkan bisa meninggal," ujarnya terkait pasien Evali.

"Saat datang gejalanya, batuk, sesak napas, sakit dada," imbuhnya.

Baca juga: Waspada Tingginya Tingkat Kecanduan Rokok pada Remaja di Indonesia

Per 5 November 2019, terdapat 2051 kasus Evali dan 39 pasien di antaranya meninggal dunia.

Sebanyak 29 sampel cairan bilas bronkus alveolar (BAL) dari pasien Evali diteliti, hasilnya ditemukan bahwa didalamnya mengandung 100 persen vitamin E asetat, 82 persen THC (tetrahidrokanabinol), dan 62 persen nikotin.

"Evali bisa dialami oleh ramaja bahkan usia 13 tahun, tidak hanya orang dewasa. Ini juga bisa terjadi, meski (rokok elektrik) tidak mengandung ganja, full nikotin saja," bebernya.

Baca juga: 8 Macam Kerusakan Organ karena Efek Merokok yang Harus Diwaspadai

Survei nasional di Amerika pada 4.351 remaja dan dewasa usia 13-24 tahun selama masa Covid-19, yang dimuat dalam Journal of Adolescent Health 67 (2020), menunjukkan bahwa Covid-19 lebih rentan pada mereka pengguna rokok elektrik.

Berikut kesimpulan penemuannya:

  • Diagnosis Covid-19 lima kali lebih mungkin terjadi di antara pengguna rokok elektrik saja
  • Diagnosis Covid-19 tujuk kali lebih mungkin terjadi di antara pengguna rokok elektrik dan rokok konvensional (penguna ganda)
  • Diagnosis Covid-19 6,8 kali lebih mungkin terjadi di antara pengguna ganda selama 30 hari terakhir.

Baca juga: 10 Penyakit Kronis sebagai Efek Merokok yang Harus Diwaspadai

Apa saja efek samping rokok elektrik?

Dr. Dimas menekankan bahwa rokok elektrik memiliki efek samping berbahaya baik untuk sistem respiratorik dan sistem tubuh lainnya.

Efek samping rokok elektrik bagi sistem respiratorik meliputi berikut:

  • Iritasi pernapasan
  • Abnormalitas fungsi pernapasan
  • Edema paru
  • Cedera epitel saluran napas
  • Hipoksia jaringan yang menetap
  • E-cigarette or vaping product use associated lung injury (Evali)

"Tentu saja ini meningkatkan komplikasi respiratorik," ucapnya.

Baca juga: Mengapa Merokok Menyebabkan Impotensi?

Sedangkan, efek samping rokok elektrik bagi sistem tubuh lainnya meliputi berikut:

  • Sitotoksik
  • Stres oksidatif
  • Peningkatan inflamasi
  • Kerusakan fungsi endotel
  • Peningkatan aktivasi trombosit dan leukosit
  • Peningkatan agregasi trombosit
  • Kekakuan pembuluh darah arteri
  • Karsinogenik atau potensial karsinogenik

"Ini akan menyebabkan inflamasi sistemik dan disfungsi endotel, yang akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular," terangnya.

Baca juga: Cara Mencegah Kecanduan Rokok pada Remaja yang Harus Diperhatikan

Dengan demikian, Dr. Dimas menyarankan kepada semua remaja maupun orang dewasa untuk tidak coba-coba menggunakan rokok elektrik, jika tidak pernah menggunakan produk tembakau sebelumnya.

"Sekarang kalau remaja kita mencoba-coba rokok elektrik, kemungkinan besar tetap akan menjadi perokok konvensional yang tentu akan meningkatkan risiko kesehatan mereka," tuturnya.

Rokok elektrik bisa digunakan hanya sebagai alternatif untuk mereka yang ingin berhenti merokok konvensional.

Ini pun masih menjadi kajian para ilmuwan tentang apakah rokok elektrik efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok.

Baca juga: Apakah Paru-paru Perokok Kembali Normal Setelah Berhenti Merokok?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau