KOMPAS.com - Tingkat kecanduan rokok pada remaja di Indonesia masih tinggi, bahkan mengalami kenaikan yang harus diwaspadai.
Satuan Tugas (Satgas) Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Angga Wirahmadi, Sp.A(K) mengatakan bahwa jumlah perokok kalangan remaja meningkat dari 2014, baik remaja perempuan maupun laki-laki.
"Berbagai upaya yang sudah kita lakukan selama ini, faktanya tidak mengurangi jumlah perokok remaja," kata Dr. Angga dalam acara "Dampak Merokok Pasif pada Kesehatan Anak" pada Sabtu (27/5/2023).
Baca juga: Kandungan Rokok yang Membuatnya Berbahaya untuk Kesehatan
Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2019, jumlah perokok remaja laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun meningkat 18,8 persen.
Pada remaja perempuan, jumlah perokok meningkat dari 2,5 persen (2014) menjadi 2,9 persen (2019).
Kebanyakan perokok kalangan remaja perempuan berstatus menengah ke atas dan tinggal di daerah perkotaan.
Pada remaja laki-laki, jumlah perokok meningkat dari 33,9 persen (2014) menjadi 35,5 persen (2019).
Kebanyakan status ekonomi perokok kalangan remaja laki-laki berada pada menengah ke bawah.
Baca juga: Kenali Apa Itu Nikotin dan Efek Sampingnya
Dari aspek pendidikan, remaja yang kecanduan rokok usia 15-24 tahun rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
"Di kalangan perempuan, sebagian besar tidak sekolah. Sedangkan kalangan laki-laki, sebagian besar belum tamat SD," ungkapnya.
"Tingkat pendidikan rendah, sosial ekonomi rendah, ditambah kecanduan merokok tentunya akan menjadikan remaja kita di masa depannya lebih suram," lanjutnya.
Belum lagi, Dr. Dimas Dwi Saputro, Sp.A mengatakan bahwa ada risiko kesehatan dari kebiasaan merokok sejak usia remaja, seperti berkembangnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, bronkitis, asma, dan lain sebagainya di usia produktif di masa datang.
"Kalau anak remaja sekarang berisiko sakit-sakitan karena merokok, apakah kita bisa merasakan bonus demografi pada 2045?" ucap Dr. Dimas sebagai Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI.
Pada 2045, diproyeksikan Indonesia akan mendapatkan generasi emas dari bonus demografi karena 70 persen penduduknya akan berada dalam usia produktif dengan pendapatan per kapita 47.000 USD (tujuh kekuatan ekonomi terbesar di dunia).
Baca juga: 8 Macam Kerusakan Organ karena Efek Merokok yang Harus Diwaspadai
Dr. Angga mengatakan bahwa tingginya jumlah perokok remaja di Indonesia karena beberapa alasan, seperti:
Baca juga: 10 Penyakit Kronis sebagai Efek Merokok yang Harus Diwaspadai
Remaja bisa sampai pada tingkat adiksi rokok melalui beberapa tahapan, yaitu:
Sementara, Dr. Angga mengatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi remaja Indonesia kecanduan rokok. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Baca juga: Paparan Asap Rokok Bisa Jadi Faktor Tak Langsung Penyebab Stunting
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.