Kandungan gula ini biasanya ditulis di belakang kemasan, biasanya jumlah takaran gula memiliki nama lain yang tidak dipahami masyarakat, seperti glukosa, sirup, fruktosa, galaktosa, dan lain-lain.
Baca juga: WHO: Pemanis Non-Gula Tidak untuk Turunkan Berat Badan
3. Batas maksimum konsumsi
Batas maksimum konsumsi atau label kadaluarsa juga perlu diperhatikan. Menurut Purwiyatno, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan ketika melihat label kadaluarsa.
“Dalam kemasan itu ada dua informasi mengenai batas akhir simpan, yaitu expired date dan best before. Kalau expired date, itu ketika melewati tanggalnya, tidak boleh dikonsumsi,” jelasnya.
Sedangkan, best before adalah untuk menunjukan tanggal sebaiknya produk dikonsumsi sebelum waktu yang tercantum.
“Best before ini sebenarnya masih boleh dikonsumsi, tapi enggak baik. Artinya apa? Setelah melewati tanggal best before, mungkin kandungan gizi dan nutrisi yang di dalam label tidak terpenuhi dan tidak berlaku lagi,” jelasnya kepada awak media.
4. Takaran saji
Takaran saji merupakan informasi mengenai jumlah makanan yang bisa dikonsumsi dalam satu kali penyajian.
Eka Herdiana, Corporate Nutritionist Nestle Indonesia menjelaskan bahwa setiap produk makanan memiliki informasi mengenai porsi penyajian.
“Dalam takaran saji kita memberikan informasi mengenai berapa banyak jumlah dalam satu kali serving, juga mengenai berapa kali produk tersebut dapat dikonsumsi,” tuturnya.
Menurut Eka, takaran saji ini penting diperhatikan agar konsumen tidak mengonsumsi produk melebihi dari yang seharusnya.
Baca juga: Bahaya Makanan Kemasan Tinggi Natrium, Picu Hipertensi hingga Stroke
Budaya membaca label makanan merupakan upaya yang terus digaungkan pemerintah agar masyarakat bisa mengonsumsi makanan yang aman dan menyehatkan.
Menurut Purwiyatno, makanan yang aman adalah makanan sehat yang tidak membahayakan tubuh dan diproses tanpa bahan yang dapat mencemari lingkungan.
“Sebelum bicara yang lain, seharusnya bicara dulu keamanan. If it isn’t safe, it isn’t food. Jadi pertama dan utama itu harus aman dulu baru bicara yang lain-lain, termasuk bicara mutu, apalagi rasa dan seterusnya,” tegasnya.
Makanan sehat ini bisa didapat melalui makanan yang dijual di pasaran dengan memerhatikan label kemasan, maupun dengan cara memasaknya sendiri dari rumah.
Namun, makanan yang dibuat dari rumah pun tak menjamin keamanan dan kesehatannya. Oleh karena itu Purwiyatno menyarankan masyarakat untuk menerapkan lima kunci keamanan pangan yang dibuat di rumah.
“WHO telah menetapkan lima kunci keamanan pangan di rumah, yang pertama itu ada kebersihan, kedua pilih bahan pangan termasuk air yang aman, masak makanan dengan benar, pisahkan makanan masak dan mentah, dan simpan pada suhu yang benar,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.