Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2023, 15:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah berisiko mengalami stunting atau gagal tumbuh di kemudian hari.

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi saat bayi yang baru lahir memiliki berat kurang dari 2500 gram.

Baca juga: Kenali Definisi Berat Badan Lahir Rendah, Penyebab, dan Perawatannya

Berat badan lahir rendah bisa memberi dampak negatif, seperti bayi kesulitan bernapas, risiko pendarahan otak, gangguan belajar, hingga kematian mendadak.

Selain itu, bayi BBLR juga berisiko mengalami stunting atau gagal tumbuh di kemudian hari.

Artikel ini akan membahas mengenai hubungan antara BBLR dengan stunting.

Apa hubungan antara berat badan lahir rendah dengan stunting?

Dilansir dari Yankes Kemkes, stunting atau gagal tumbuh dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti berat lahir, usia kandungan saat bersalin, dan nutrisi yang diberikan ayah dan ibu kepada anaknya.

Berat lahir rendah menyebabkan gangguan perkembangan fisik, pertumbuhan yang terhambat dan perkembangan mental dan akhirnya mengakibatkan stunting.

Untuk diketahui, bayi dengan BBLR yang lahir prematur akan kehilangan berat badan lebih banyak beberapa hari setelah dilahirkan sebagai proses adaptasi dalam mengganti kehilangan cairan tubuh.

Tak hanya kehilangan banyak berat badan, proses pertambahan berat badan pada bayi BBLR biasanya lebih lambat karena sebagian dari mereka mengalami kesulitan saat menyusu.

Karena itu, bayi BBLR perlu mendapat nutrisi dari air susu ibu (ASI) setiap 2 jam sekali agar berat badannya segera bertambah dan tidak mengalami stunting.

Baca juga: 11 Penyebab Berat Badan Lahir Rendah pada Bayi, Pantang Disepelekan

Diperlukan pula upaya untuk menangani masalah kesehatan pada si kecil yang bisa meningkatkan risiko stunting. Masalah kesehatan tersebut adalah:

  • Bronchopulmonary dysplasia: kondisi yang mengakibatkan bayi berisiko mengalami gangguan perkembangan saraf dengan ditandai keterbelakangan mental, psikomotor dan bahasa anak terganggu.
  • Ikterus neonatorum: menimbulkan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis sehingga bayi BBLR berisiko mengalami kelainan neurologis seperti cerebral palsy, hypotonia dan hidrosefalus.
  • Necrotizing enterocolitis (NEC): bayi mengalami nekrosis usus dan kegagalan organ yang meningkatkan risiko penurunan nutrisi, tumbuh kembang menjadi lambat, dan memerlukan perawatan di rumah sakit yang lebih lama.

Bagaimana cara perawatan bayi BBLR?

Untuk mengatasi masalah kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah, ada tata laksana atau perawatan khusus BBLR, yaitu:

  • Perawatan di unit perawatan intensif neonatal (NICU) sampai bayi memiliki suhu tubuh dan bobot yang normal.
  • Inisiasi menyusui dini (IMD) agar si kecil segera mendapat nutrisi dan berat badannya bisa bertambah.
  • Menggendong bayi dengan metode kanguru supaya bayi BBLR mendapat kehangatan, mendukung perlekatan saat direct breastfeeding, stimulasi motorik, hingga menurunkan risiko infeksi.
  • Berikan MPASI kaya protein dan kalori ketika bayi sudah berumur 6 bulan atau sesuai rekomendasi dokter.

Bayi dengan BBLR memerlukan perawatan medis sebelum dibawa pulang ke rumah agar si kecil mencapai bobot normal dan mengatasi masalah kesehatan yang ada.

Perawatan medis juga dilakukan agar bayi BBLR tidak mengalami stunting atau gagal tumbuh.

Jika Anda memiliki bayi BBLR, usahakan selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta berkonsultasi dengan dokter demi terhindar dari stunting.

Baca juga: Ketahui Penyebab Langsung dan Tidak Langsung Berat Badan Lahir Rendah pada Bayi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau