KOMPAS.com - Sebagian penderita hipertensi terkadang belum mengetahui, beberapa jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter bisa jadi faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
Perlu diketahui, hipertensi adalah kondisi saat hasil pengukuran tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut Kementerian Kesehatan, kondisi tekanan darah tinggi terkait hipertensi ini terjadi minimal pada dua kali pengecekan selang waktu lima menit, dalam keadaan tubuh yang rileks atau tenang.
Simak beberapa obat pantangan penderita hipertensi berikut kiat memilih obat bebas untuk penderita hipertensi lewat artikel berikut ini.
Baca juga: 5 Hal yang Diperhatikan Penderita Hipertensi saat Minum Obat Bebas
Kandungan atau bahan yang digunakan dalam sejumlah obat bebas atau obat yang dikonsumsi tanpa petunjuk dokter terkadang dapat memengaruhi kinerja obat hipertensi dan tekanan darah penderita penyakit darah tinggi.
Dikutip dari MayoClinic, efek obat bebas terkadang bisa membuat tekanan darah naik. Selain itu, ada juga beberapa jenis obat yang membuat tekanan darah turun atau membuat obat hipertensi jadi kurang efektif.
Berikut ini beberapa kandungan dan obat pantangan penderita hipertensi yang sebaiknya tidak sembarangan dikonsumsi:
Obat anti-depresan memiliki kandungan zat yang dapat dapat meningkatkan tekanan darah. Contoh antidepresan yang dapat menjadi pemicu tekanan darah tinggi adalah inhibitor monoamine oksidase, tricyclic antidepressants, dan fluoxetine (prozac dan sarafem).
Imunosupresan ada obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Efek obat ini juga dapat meningkatkan tekanan darah, karena memengaruhi kinerja ginjal. Contoh imunosupresan di antaranya siklosporin ( neoral, sandimmune, gengraf), dan tacrolimus (astagraf XL, prograf, envarsus XR).
Sebagian obat stimulan memiliki efek samping dapat meningkatkan detak jantung, membuat detak jantung tidak teratur, dan membuat tekanan darah naik. Obat stimulan yang dapat memicu tekanan darah tinggi meliputi ritalin, concerta, dan lainnya.
Saat dikonsumsi, obat migrain bisa membuat pembuluh darah di seluruh tubuh menyempit. Efek ini dapat membuat tekanan darah meningkat. Tergantung dosisnya, efek samping obat migrain untuk penderita hipertensi terkadang bisa membahayakan kesehatan penderita.
Obat dekongestan yang dipakai mengobati flu dan hidung tersumbat dapat mempersempit pembuluh darah, sehingga darah lebih sulit mengalir dan tekanan darah naik. Selain itu, dekongestan juga bisa mengurangi efektivitas obat hipertensi. Contoh dekongestan dengaan efek samping meningkatkan tekanan darah di antaranya pseudoephedrine dan phenylephrine.
Baca juga: Mengapa Penderita Hipertensi Perlu Diet Garam?
Efek samping obat pereda nyeri atau penghilang rasa sakit (NSAID) dapat menahan cairan, meningkatkan beban kerja ginjal, dan jantung. Hal itu juga dapat meningkatkan tekanan darah. Contoh obat pereda nyeri pemicu tekanan darah tinggi meliputi indometasin (indocin, tyvorbex), piroksikam (feldene), aspirin, naproxen sodium (aleve), dan ibuprofen.
Mengonsumsi obat mengandung kafein seperti pil kafein, minuman berbasis kopi, atau minuman berenergi dapat membuat tekanan darah melonjak. Kafein bisa memblokir hormon yang membuat pembuluh darah mengendur, sehingga tekanan darah sementara bisa naik. Tapi, sedikit banyaknya lonjakan tekanan darah karena kafein tergantung toleransi tubuh.
Obat pantangan penderita hipertensi lainnya adalah suplemen herbal yang terkadang tidak mencantumkan detail komposisinya dan dikhawatirkan memengaruhi tekanan darah. Sebagai catatan, beberapa suplemen herbal yang dapat mengganggu efektivitas obat hipertensi di antaranya arnica (Arnica montana), ephedra (ma-huang), ginseng (Panax quinquefolius dan Panax ginseng), guarana (Paullinia cupana). dan licorice (Glycyrrhiza glabra).
Baca juga: 7 Makanan Pantangan Penderita Hipertensi yang Perlu Dihindari