Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2022, 17:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Hipertensi adalah penyakit kronis yang perlu dikontrol dengan obat dan gaya hidup sehat.

Apabila penyakit tidak dikendalikan, penderita hipertensi bisa mengalami komplikasi penyakit seperti stroke, penyakit jantung, sampai gagal ginjal.

Berikut jenis obat hipertensi, fungsi, contoh, dan efek sampingnya yang sering digunakan dan perlu Anda ketahui.

Baca juga: 7 Gejala Hipertensi yang Pantang Disepelekan

Obat hipertensi

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), ada 10 jenis obat hipertensi yang sering diberikan untuk pasien darah tinggi, antara lain:

  • Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

Obat hipertensi ini berguna untuk menurunkan zat kimia angiostin yang membuat pembuluh darah mengencang. Dengan begitu, darah bisa mengalir lebih lancar dan jantung dapat memompa darah lebih efisien.

Dilansir dari American Heart Association, contoh obat hipertensi ACE inhibitor di antaranya benazepril hydrochloride (Lotensin), captopril (Capoten), enalapril maleate (Vasotec), fosinopril sodium (Monopril), lisinopril (Prinivel, Zestril), moexipril (Univasc), perindopril (Aceon), quinapril hydrochloride (Accupril), ramipril (Altace), trandolapril (Mavik).

Efek samping obat hipertensi ACE inhibitor terkadang memicu ruam kulit, tidak peka rasa, batuk kering, dan gangguan ginjal.

  • Beta Blocker

Obat hipertensi beta blocker berguna untuk mengendurkan pembuluh darah dan memperlambat detak jantung. Dengan begitu, aliran darah lebih lancar dan tekanan darah menurun.

Contoh obat hipertensi beta blocker di antaranya acebutolol (Sectral), atenolol (Tenormin), betaxolol (Kerlone), bisoprolol (Zebeta), bisoprolol/hydrochlorothiazide (Ziac), metoprolol tartrate (Lopressor), metoprolol succinate (Toprol-XL), nadolol (Corgard), pindolol (Visken), propranolol (Inderal), solotol (Betapace), dan timolol (Blocadren).

Efek samping obat hipertensi beta blocker terkadang membuat susah tidur, tangan dan kaki dingin, detak jantung lambat, kelelahan, suasana hati jadi murung, sampai gairah seks menurun.

Baca juga: Klasifikasi Hipertensi menurut JNC, AHA, dan WHO

  • Calcium Channel Blocker

Obat hipertensi ini bekerja dengan mengendurkan pembuluh darah, sehingga jantung tidak perlu memompa terlalu keras.

Contoh obat hipertensi ini di antaranya Amlodipine besylate (Norvasc, Lotrel), bepridil (Vasocor), diltiazem hydrochloride (Cardizem CD, Cardizem SR, Dilacor XR, Tiazac), felodipine (Plendil), isradipine (DynaCirc, DynaCirc CR), nicardipine (Cardene SR), nifedipine (Adalat CC, Procardia XL), nisoldipine (Sular), verapamil hidroklorida (Calan SR, Covera HS, Isoptin SR, Verelan).

Efek samping obat hipertensi calcium channel clocker terkadang memicu jantung berdebar, pergelangan kaki bengkak, sembelit, sakit kepala, atau pusing.

  • Peripherally Acting Alpha-Adrenergic Blocker

Obat hipertensi ini berguna untuk mengendurkan pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir lebih mudah ke seluruh tubuh.

Contoh obat hipertensi ini antara lain Guanadrel (Hylorel), guanethidine monosulfate (Ismelin), reserpine (Serpasil).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com